Jumat, 07 Juli 2017

Tweet Bahaya Khmr

Inilah Tweet Ustadz Salim A. Fillah (@sakimafillah) tentang Minuman Keras yang diberi hastag #Khmr, Sebenarnya tweet ini adalah jawaban atau ulasan dari tweet yang ditulis oleh Gus Ulil Abshar Abdalla (@ulil). Berikut adalah kicauan tersebut:
1)    Sungguh kami awam & bodoh, menganggap semua hal dapat dirujuk pada Quran. Tapi membualkah Abu Bakr saat berkata, "Andai kekang.." #khmr

KOTA GIGIH, KOTA GAGAH

KOTA GIGIH, KOTA GAGAH
-tentang Surabaya-
@salimafillah

Sultan belia itu tahu bahwa yang akan dihadapinya adalah saudara sesama muslim, bahkan saudara tua dari keturunan 'alim agung penyebar Islam di Jawa nan amat dihormati; Sunan Ampel. Tapi pilihannya pelik. Persatuan kaum beriman se-Jawa di bawah daulatnya adalah cita dan amanat leluhur yang akan diperjuangkannya seberapapun harga yang harus dibayar.


Apalagi Sultan ini tahu, kekuatan asing yang berseliweran di lautan Nusantara kian mengancam seperti ketika VOC menjarah dan menembaki Pelabuhan Jepara. Bersatunya Jawa di bawah satu kuasa adalah hajat mendesak.

DAULAH SHALIHIYAH di GERBANG SURGA

DAULAH SHALIHIYAH di GERBANG SURGA
@salimafillah

Ketika pelajaran sejarah kita dulu merujuk pada teori Prof. Christiaan Snouck Hurgronje yang menyimpulkan Islam masuk ke Nusantara pada abad ke-13 dengan dalil adanya beberapa artefak dan dokumen tentang Kesultanan Samudera Pasai, kita sudah bertanya, "Hebat dan ajaib ya? Baru masuk langsung bisa mendirikan Kerajaan?" Untunglah teori yang mengerdilkan dan mengakhirkan keislaman jazirah yang pernah disebut sepotong surga nan jatuh ke bumi itu cepat tersanggah dan runtuh.


Sesudah Buya HAMKA, tabik amat besar di masa ini kita haturkan pada Tgk. Taqiyuddin Muhammad, seorang putra Aceh yang setelah menamatkan pelajarannya di Al Azhar memilih bertungkus lumus memesrai artefak dan menelisik ideofak Kesultanan Islam pionir di Nusantara. Karya tulisnya yang menawan, "Daulah Shalihiyyah di Sumatera: Ke Arah Penyusunan Kerangka Baru Historiografi Samudera Pasai", menggambarkan penguasaannya yang mendalam akan buku-buku babon tarikh dunia Islam, ketelitian serta ketekunannya menggali dan mengungkap inskripsi-inskripsi primer, juga keterampilannya merangkai narasi sejarah yang mudah difahami, hingga memilahnya dari mitos dan legenda yang sarat kepentingan.

GUBUK PEMIMPIN dan ISTANA RAKYAT

GUBUK PEMIMPIN dan ISTANA RAKYAT
@salimafillah
Di lapis-lapis keberkahan, keadilan adalah ibu bagi segala kebaikan dalam masyarakat selingkung negara. Ia adalah gubuk bagi pemimpin, sebab alangkah tak mudah baginya untuk menegakkan pijakan sendiri mengingat dia sebagai penghakim kelak dimungkinkan menjadi terdakwa dengan penggugat yang sebanyak jumlah orang yang dipimpinnya. Dan ia adalah istana bagi rakyat, sebab di dalamnya mereka akan terpelihara dalam kekokohan dan kemegahan; selayaknya di dunia dan sepastinya di akhirat.



Adalah Rasulullah telah meletakkan dasar-dasar agung ini di dalam batin ummatnya. Maka para penerus beliau, meluaskan dan menguatkan peradaban secara zhahir dengan kaidah-kaidah mulia. Abu Bakr Ash-Shiddiq misalnya mendesakkan agar nilai-nilai ibadah mewarnai kegiatan muamalah, bukan sebaliknya. “Jika pasar mengalahkan masjid”, ujar beliau, “Maka masjid akan mati. Adapun jika masjid mengalahkan pasar, maka pasar akan hidup.” ‘Umar yang memerintah di zaman ketika gelombang kaum di luar Arab masuk Islam dengan berbondong-bondong memahami bahwa kian meluas selingkung negaranya, maka kian bergeser para warganya dari kemungkinan menjadi sesempurna malaikat. Maka dengan sederhana namun mengena dia merumuskan kaidah pemerintahannya, “Negara akan baik jika orang shalihnya kuat, dan orang jahatnya lemah. Negara pun akan rusak jika orang shalihnya lemah dan orang jahatnya kuat.” Masa-masa berikutnya kita tahu, pintu fitnah makin terbuka. Maka ‘Utsman Radhiyallahu ‘Anhu tak lagi menggantungkan lapis-lapis keberkahan dalam selingkung negara hanya pada kebaikan manusia yang dibentuk oleh ibadahnya. Beliau lalu menegaskan, “Allah menegakkan dengan sulthan ini, yakni kekuasaan, apa-apa yang tak dapat tegak hanya oleh Furqan, yaitu Al Quran.” Dan pada zaman fitnah, ketika dengan sangat berat Sayyidina ‘Ali ibn Abi Thalib menghela amanah, beliau memahami bahwa antara pemimpin dan masyarakat, perbaikan itu harus seiring sejalan. Pemimpin adil di tengah kaum yang zhalim akan menderita. Dan pemimpin zhalim di tengah kaum yang adil akan merusak.


Berharaplah hanya Kepada Allah

Berharaplah hanya Kepada Allah
Oleh : Salim A. Fillah

 “ … Barangsiapa menempuh jalan untuk menuntut ilmu, maka Allah akan memudahkan baginya jalan menuju ke surga …” (HR. Muslim) 


aku percaya
maka aku akan melihat keajaiban
iman adalah mata yang terbuka
mendahului datangnya cahaya

KURANG PIKNIK dan "AKU TAK TAHU"

KURANG PIKNIK dan "AKU TAK TAHU"
@salimafillah

Kurang piknik tak selalu tak baik. Seperti keagungan Imam Malik.

Dibanding para Imam Ahlis Sunnah lainnya, barangkali beliaulah yang tersedikit melakukan rihlah 'ilmiyah, mencukupkan diri dengan ilmu dan atsar dari guru-gurunya di Madinah. Tapi justru karena kurang piknik, nyaris tak pernah keluar dari Madinah sepanjang hidupnya selain untuk berhaji, beliaulah rujukan tepercaya sebagai Imam Daril Hijrah.


Dikatakan bahwa ilmu para sahabat Rasulillah tersebar pada 7 Tabi'in Fuqaha' Madinah; Al Qasim ibn Muhammad ibn Abi Bakr Ash Shiddiq, Salim ibn 'Abdillah ibn 'Umar Al Faruq, 'Urwah ibn Zubair ibn Al 'Awwam, Abu Salamah ibn 'Abdirrahman ibn 'Auf, Kharijah ibn Zaid ibn Tsabit, Sulaiman ibn Yasar, dan Sa'id ibn Al Musayyib. Dan ilmu ketujuh beliau nantinya berhimpun kembali dalam diri Imam Malik.

JALAN ILMU JALAN CAHAYA

JALAN ILMU JALAN CAHAYA
@salimafillah

“Duhai saudaraku, takkan pernah kau mampu meraih ilmu”, demikian salah satu syair yang dinisbatkan berasal dari Imam Asy Syafi’i, “Kecuali dengan enam yang harus terlaku. Akan kusampaikan padamu dengan penjelasan. Ialah kecerdasan, semangat, kesungguhan, pengorbanan, membersamai guru, dan panjangnya waktu.”


Tentang kecerdasan, tentu yang beliau maksudkan seperti syair yang terkutip di awal bahasan. Dosa adalah pengganggu daya fahaman. Dan taqwa adalah kunci ketajaman akal.

TERIMA APA ADANYA

TERIMA APA ADANYA
@salimafillah

Di antara begitu banyak taujih Rabbani kepada Rasulullah , ada sebuah ayat pendek yang menurut Sayyid Quthb dalam Fii Zhilaalil Quran menghimpun akhlaq-akhlaq asasi yang harus dimiliki oleh para da’i dalam menghela bahtera dakwahnya di gelapnya lautan fitnah.


"Jadilah engkau pemaaf dan perintahkan kepada yang ma'ruf, serta berpalinglah daripada orang-orang yang jahil." (QS Al A'raf: 199)

Bedah Buku Rihlah Dakwah

Bedah Buku Rihlah Dakwah
[Forwarded from NAK Indonesia]
Notulensi kajian Ustadz Salim A. Fillah, bedah buku Rihlah Dakwah
@ GOR UNY, 5 April 2016


Rihlah itu perjlanan yg serius. Bukan wisata. Rihlah dakwah adlah perjalanan sungguh sungguh untuk menyampaikan ayat Allah.
Kita mesti iri pada Hud Hud, burung yang gemar kemana mana. Lalu ketika ia melihat negri yg makmur tapi musyrik, ia jadi gelisah.
Ia mengobservasi dan berjalan 10.800 km bolak balik ke raja Sulaiman sbagai bentuk tanggung jawabnya.

LU YAN YUI dan DAKWAH MBAK-MBAK

LU YAN YUI dan DAKWAH MBAK-MBAK
@salimafillah

Catatan sejarah Dinasti T'ang, Chiu T’ang Shu mencatat kunjungan diplomatik dari orang-orang Ta Shih (Arab). Orang-orang Ta Shih ini, merupakan duta dari Tan mi mo ni’ (Amirul Mukminin) ke-3, Khalifah 'Utsman bin Affan. Utusan Khalifah itu diterima secara terbuka oleh Kaisar Yung Wei dari Dinasti T'ang.


Chiu T'ang Shu juga mencatat nama para Khalifah berikutnya yang sering mengirim utusan dan memperkenalkan agama Islam kepada Kekaisaran. Dari Daulah 'Abbasiyah ada nama Abul 'Abbas Ash Shaffah (A-bo Loba), Abu Ja’far Al Manshur (A-pu-cha-fo), dan Harun Ar Rasyid (A-Lun). Diketahui pula pada masa Daulah 'Umayyah ada 17 duta muslim datang ke China, sementara di masa 'Abbasiyah dikirim sebanyak 18 duta.

SEMUA ADALAH MUSAFIR

Salim A. Fillah

SEMUA ADALAH MUSAFIR

-sebuah pengantar-
Syahdan, seorang musafir mengunjungi rumah 'alim besar di suatu kota, yang dengan amat memesona baru saja menyampaikan sebuah khuthbah Jumat nan tersimak dengan khusyu'.

Memasuki sebuah ruangan dalam bangunan amat bersahaja, dia tak menemukan apapun di sana selain senyum yang tulus, air yang sejuk, dan sajian siang yang dihulur lembut dalam wadah bersahaja. Ketika mengedarkan mata, selain alas yang didudukinya, tak ada benda lain yang lazim mengisi rumah. Kosong. Tapi terasa lapang. Melompong. Tapi tak hampa.