Kamis, 16 April 2015

6 Ancaman Bangsa Mesir dan Indonesia


By: Nandang Burhanudin 

Diyakini masuk dalam skenario yang sama, Indonesia dan Mesir dua negara strategis benar-benar menjadi target kolonialisme internasional. Mesir dengan Al-Azhar, SDM, dan kebesaran sejarahnya. Indonesia dengan SDM, SDA, dan kekayaan alamnya yang berlimpah. Terancam oleh satu kepentingan: menghancurkan kedua negara dari luar dan dalam.

Harapan atau Hiburan?




Pengujung transisi menuju demokrasi adalah situasi yang khas: ekspektasi akan hidup yang lebih baik kian membuncah tapi pada saat yang sama energi dan euforia– bahkan kesabaran–sudah menyurut.

Fase pungkas transisi, yaitu konsolidasi demokrasi, adalah jalan sepi yang ditempuh dengan ketekunan, bukan panggung ingar-bingar penuh deklamasi. Dalam tahap ini diperlukan pemimpin yang mampu menggerakkan sekaligus mendorong rakyat, agar mau melangkah lagi agar tujuan transisi, yaitu demokrasi yang sejati dapat tercapai. Itulah yang kini terjadi di Indonesia. Pemilu demokratis sudah tiga kali kita lewati dan kini kita tengah melaksanakan pemilu demokratis keempat dengan ekosistem politik yang jauh lebih stabil.

KulTwit@AnisMatta : PANCASILA


1 Juni Hari Lahir Pancasila. Berikut twit dari Anis Matta seusai mengikuti peringatan hari lahirnya Pancasila, Rabu, 1 Juni 2011 ini di kompleks MPR/DPR, Senayan, Jakarta.

• #Pancasila adalah rumusan akhir dr pencarian panjang Bung Karno akan filosofi dasar kehidupan berbangsa dan bernegara.

• Yg dirumuskan Bung Karno dlm #Pancasila sesungguhnya adalah temuan akan nilai2 bersama yg diyakini oleh seluruh rakyat Indonesia.

U A N G


Ust. Anis Matta, Lc

PKS di masa yang akan datang tidak bisa mengendalikan kehidupan ini
semuanya kalau hanya berkuasa di Negara tetapi tidak menguasai
pasar.  Tidak  mungkin.  Sekarang  ini  kita  akan  menemukan  secara
individu, banyak individu yang lebih kaya dari Negara. Oleh karena itu
gabungan  dari  beberapa  individu  justru  dapat  dengan  mudah
mengintervensi Negara dan memiskinkan Negara. Kalau kita hanya
masuk  ke  dewan,  padahal  dewan  itu  hanyalah  bagian  kecil  dalam
panggung Negara, masih ada eksekutif masih ada yudikatif. Kita hanya
punya sedikit di dewan itu, dan di dewan itu masih sedikit pula. Kita
lihat daerah kekuasaan kita, dakwah ini ke depan hanya bisa menekan,
menguasai,  mengendalikan  situasi  kalau  kita  punya  orang  yang
terdistribusi  secara  merata,  memimpin  Negara,  memimpin  civil
society, dan memimpin pasar. Baru kita akan digjaya sebagai sebuah
gerakan dakwah.

Rahmat Abdullah, Simbol Spiritualisme Dakwah Kita


oleh : Anis Matta, Lc.

Suatu hari, lebih dari 15 tahun lalu, lelaki itu datang dengan tenang. Jaket tentara rada lusuh yang ia kenakan membuatnya tampak gagah dan berwibawa. Tapi kelembutan tetap memancar kuat dari sorot matanya. Disana ada cinta. Disana ada cinta. Memanggil-manggil. Seperti sinar purnama yang memancar kuat menembus awan malam. Itulah pertama kali saya melihat guru saya, KH.Rahmat Abdullah, ketika beliau mengisi salah satu materi dalam sebuah dauroh di Puncak. Saya masih mahasiswa saat itu. Pertemuan pertama itu menguatkan kesan yang telah terbentuk sebelumnya dalam benak saya tentang wajah seorang dai, seorang murobbi, seorang mujahid. Setidaknya pada biografi tokoh-tokoh pejuang Ikhwan di Mesir, atau Jamaat Islami di Pakistan, atau Masyumi di Indonesia.