Kamis, 14 Mei 2015

18 Narasi Muhammad


Majalah Tarbawi Edisi 223 Th. 11 Rabiul Awal 1431 H/ 11 Maret  2010 M
“Aku bisa berdoa kepada Allah untuk menyembuhkan butamu dan mengembalikan penglihatanmu. Tapi jika kamu bisa bersabar dalam kebutaan itu, kamu akan masuk surga. Kamu pilih yang mana?”

Itu dialog Nabi Muhammad dengan seorang wanita buta yang datang mengadukan kebutaannya kepada beliau, dan meminta didoakan agar Allah mengembalikan penglihatannya. Dialog yang diriwayatkan Imam Bukhari dari Ibnu Abbas itu berujung dengan pilihan yang begitu mengharukan:”Saya akan bersabar, dan berdoalah agar Allah tidak mengembalikan penglihatanku.”

Beliau juga bisa menyembuhkan seperti Nabi Isa, tapi beliau menawarkan pilihan yang lain: bersabar. Sebab kesabaran adalah karakter inti yang memungkinkan kita survive dan bertahan melalui seluruh rintangan kehidupan. Kesabaran adalah karakter orang kuat. Sebaliknya, tidak ada jaminan dengan bisa melihat, wanita itu akan bisa lebih banyak amal saleh yang bisa mengantarnya ke surga. Selain itu, penglihatan adalah fasilitas yang kelak harus dipertanggungjawabkan di hadapan Allah, karena fasilitas berbanding lurus dengan beban dan pertanggungjawaban. Ada manusia, kata Ibnu Taimiyah, lebih bisa lulus dalam ujian kesulitan yang alatnya adalah sabar ketimbang ujian kebaikan yang alatnya adalah syukur.

Nabi Muhammad juga berperang seperti Nabi Musa. Bahkan malaikat Jibril pun pernah meminta beliau menyetujui menghancurkan Thoif. Tapi beliau menolaknya. Sembari mengucurkan darah dari kakinya beliau malah balik berdoa:”Saya berharap semoga Allah melahirkan dari tulang sulbi mereka anak-anak yang akan menyembah Allah.”

Muhammad bisa menyembuhkan seperti Isa. Juga bisa membelah laut seperti Musa. Bahkan bulanpun bisa dibelahnya. Muhammad punya dua jenis kekuatan itu: soft power dan hard power.muhammad mempunyai semua mukjizat yang pernah diberikan kepada Nabi dan Rasul sebelumnya. Tapi beliau selalu menghindari penggunaannya untuk meyakinkan orang kepada agama yang dibawanya. Beliau memilih kata. Beliau memilih narasi. Karena itu mukjizatnya adalah kata: Al Qur’an. Karena itu sabdanya pun diatas semua kata yang mungkin diciptakan oleh manusia.

Itu karena narasi bisa menembus tembok penglihatan manusia menuju pusat eksistensi dan jantung kehidupannya:akal dan hatinya. Jauh lebih dalam daripada apa yang mungkin dirasakan manusia yang kaget terbelalak seketika saat menyaksikan laut terbelah, atau saat menyaksikan orang buta melihat kembali.
***
(Sekretariat Mesjid Arfaunnas, Senin 01 Maret 2010, 01:33 WIB)


Tidak ada komentar:

Posting Komentar