Selasa, 04 Juli 2017

PULANG KE KOTA KITA

PULANG KE KOTA KITA
@salimafillah

"Susah menebak hati orang Yogya", kata seorang teman dari Sumatera. "Semua hal ditanggapi dengan senyum. Tapi arti senyumnya banyak sekali."

Tentu kawan ini melakukan penggebyahan. Tak semua orang Yogyakarta tersenyum sebanyak yang beliau gambarkan itu. Tapi baiklah saya akan bercerita tentang seorang yang perjuangannya akan diperingati sebagai berdirinya kota ini; Pangeran Mangkubumi. Dan beliau memang banyak tersenyum dalam berbagai keadaan.


Pun bahkan ketika menerima penghinaan yang kasar dari Gubernur Jenderal Gustaaf Willem Baron van Imhoff dan Patih Pringgalaya di balairung kakaknya, Raja Mataram Sunan Pakubuwana II pada 1746, beliau juga tersenyum. Tapi malam itu setelah pamit dan memohon restu Kakandanya, beliau akan memimpin salah satu perang terdahsyat yang dihadapi VOC sepanjang sejarahnya.

LEPAS LANDAS MI'RAJ

LEPAS LANDAS MI'RAJ

Buraq namanya. Maka ia serupa barq, kilat yang melesat dengan kecepatan cahaya. Malam itu diiring Jibril, dibawanya seorang Rasul mulia ke Masjidil Aqsha. Khadijah, isteri setia, lambang cinta penuh pengorbanan itu telah tiada. Demikian juga Abu Thalib, sang pelindung yang penuh kasih meski tetap enggan beriman. Ia sudah meninggal. Rasul itu berduka. Ia merasa sebatang kara. Ia merasa sendiri menghadapi gelombang pendustaan, penyiksaan, dan penentangan terhadap seruan sucinya yang kian meningkat seiring bergantinya hari. Ia merasa sepi. Maka Allah hendak menguatkannya. Allah memperlihatkan kepadanya sebagian dari tanda kuasaNya.


Buraq namanya. Ia diikat di pintu Masjid Al Aqsha ketika seluruh Nabi dan Rasul berhimpun di sana. Mereka shalat.

PALEMBANG, TITIK TEMU GEMILANG

PALEMBANG, TITIK TEMU GEMILANG
@salimafillah

Surat Maharaja Sri Indrawarman itu barangkali penanda betapa indahnya akhlaq muslim awal-awal yang singgah di Nusantara dan memikat hati sang penguasa hingga berkirim surat ke pusat dunia Islam nan jauh. Ibn 'Abdi Rabbih dalam Al 'Iqd Al Farid menyalin surat Raja Sriwijaya untuk 'Umar ibn 'Abdil 'Aziz setelah surat sebelumnya diterima Mu'awiyah ibn Abi Sufyan:


"Dari Raja sekalian para raja yang juga adalah keturunan ribuan raja, yang permaisurinya pun adalah cucu dari ribuan raja, yang kebun binatangnya dipenuhi ribuan gajah, yang wilayah kekuasaannya terdiri dari ribuan sungai yang mengairi tanaman lidah buaya, rempah wangi, pala, dan jeruk nipis, yang aroma harumnya menyebar hingga ribuan mil. Kepada Raja Arab yang tak menyembah tuhan-tuhan lain selain Allah. Aku telah mengirimkan kepadamu bingkisan yang tak seberapa sebagai tanda persahabatan. Kuharap engkau sudi mengutus seseorang untuk menjelaskan ajaran Islam dan segala hukum-hukumnya kepadaku."

MENAMPAR DIRI DI SIDOGIRI

MENAMPAR DIRI DI SIDOGIRI

Kala itu, pada sekira tahun 1745, Sayyid Sulaiman ibn 'Abdirrahman Basyaiban yang baru saja membabat Sidogiri bersama menantunya Syaikh Aminullah, demikian menurut salah satu hikayat, diundang oleh Raja Mataram Sri Susuhunan Pakubuwana II (bertakhta 1726-1749) ke Surakarta untuk menjadi Pengulu Ageng, Mufti Utama Kerajaan. Tak kuasa menolak, beliau berangkat dengan hati yang masih tercekam bimbang.


"Ya Allah, jika Engkau tahu bahwa perkara ini baik bagi agama & kesudahan urusanku, wujudkan, mudahkan, & berkahilah", rintih beliau dalam doanya. "Tapi jika dalam ilmu di sisiMu hal ini buruk; wafatkan aku dalam perjalanan agar aku bebas dari keburukannya tanpa menyinggung hati pemimpinku."

DI DEKAT 'ULAMA'

DI DEKAT 'ULAMA'
@salimafillah

Jika bermesra pada Allah berarti menjaga geletar takut, gerisik harap, sekaligus getar cinta; demikian pula mungkin perasaan kita di dekat kekasih-kekasihNya. Begitu barangkali sikap hati para sahabat di hadapan Rasulullah . Begitu pula malam ini yang kami juangkan dalam hati saat tertugas mendampingi KH. Dr. Ahzami Sami'un Jazuli dan KH. Dr. Mushlih 'Abdul Karim, hafizhahumaLlaah.


Berdekat 'ulama, ada nikmat tak terkata, ada juga mempelajari hal-hal yang tak cukup diwakili kata.Dari mereka kami belajar bahwa, di antara hal yang sebaiknya dimiliki orang yang menjadi pintu ilmu & tumpuan harapan bagi ummat adalah kepekaan rasa & kelembutan hati. Bahwa ada kehati-hatian & tak semua tanya harus dijawab; Imam Malik sampai berkata, "Ucapan 'Aku Tidak Tahu' adalah sepertiga ilmu."

KARYA PENDAHULU

KARYA PENDAHULU
@salimafillah

Sore ini dalam perjalanan menuju Pasuruan guna memenuhi dhawuh dari Ustadz Alil Wafa & Redaksi Majalah Pesantren 'Sidogiri' untuk berbincang tentang kepenulisan bersama para santri, tetiba saya teringat sebuah kisah yang masyhur tentang Kitab Alfiyah Ibnu Malik, senarai nazham berisi kaidah tata bahasa Arab itu.


Seribu bait berlirik menakjubkan dan berrima indah telah tersusun rapi di benak Jamaluddin ibn Malik Al Andalusi, siap untuk dituangkan. Beliaupun menggenggam pena dan menuliskannya hingga sampai pada bait:


و تقتضي رضا بغير سخط
فائقة ألفية ابن معط

Yang berhak atas kerelaan tanpa benci, karyaku ini mengungguli Alfiyahnya Ibnu Mu'thi.

SETIA dan BERLEPAS DIRI

SETIA dan BERLEPAS DIRI
@salimafillah

Dalam film Kingdom of Heaven garapan Ridley Scott, adegan menegangkan itu berakhir menakjubkan."Aku tawarkan kepadamu", ujar Shalahuddin kepada Balian dari Ibelin, "Jaminan keselamatan bagi seluruh penduduk Jerusalem; Ratumu, Uskup, para Ksatria, pria, wanita, dewasa, maupun anak-anak untuk keluar dengan damai dalam pengawalan kami ke daerah aman yang dikuasai teman-teman Kristen kalian. Takkan ada yang diganggu atau disakiti."


"Tapi", sahut Balian yang setengah terkejut, "Ketika orang-orang Kristen merebut kota ini, mereka membantai semua penduduknya dan menjadikan jalanannya digenangi darah."

NYAMASLAM dan KETUT JELANTIK

NYAMASLAM dan KETUT JELANTIK
@salimafillah

"Engkau akan bertemu dengan para Ahli Kitab", begitu sabda Nabi seperti termaktub dalam Shahihain kepada Mu'adz ibn Jabal kala mengutusnya ke Yaman.

"Hendaklah pertama-tama yang kau dakwahkan pada mereka adalah bahwa tiada Ilah selain Allah."


"Jika mereka telah menerima apa yang kau dakwahkan", lanjut beliau , "Maka berikutnya sampaikan kepada mereka bahwa Allah telah mewajibkan kepada mereka shalat lima waktu dalam sehari semalam. Jika mereka telah menerima apa yang kau serukan, maka sampaikanlah kepada mereka bahwa Allah telah mewajibkan kepada mereka zakat, yang diambil dari orang-orang kaya diantara mereka dan diberikan pada orang-orang fakir di antara mereka. Dan jika mereka telah menerima apa yang kau serukan, maka jauhkanlah dirimu dari harta pilihan mereka, dan takutlah kamu dari doanya orang-orang yang teraniaya, karena sesungguhnya tidak ada tabir penghalang antara doanya dengan Allah."

Hidup Kita

Hidup Kita
@salimfillah
Hidup kita seumpama bebuahan beraneka aroma, bentuk, warna, reraba, dan rasa, yang diiris-iris dan ditumpuk berlapis-lapis.

Tiap irisan itu adalah karunia Allah, kemudianlah tumbuh dari benih yang kita tanam.


Tiap irisan itu, punya wangi maupun anyirnya,teratur maupun acaknya, cerah maupun kelamnya,

lembut maupun kasarnya, manis maupun pahitnya,masam maupun asinnya.

Tapi kepastian dariNya dalam segala yang terindra itu adalah; semua mengandung gizi yang bermanfaat bagi ruh, akal, dan jasad kita.

Itulah berkah. Itulah lapis-lapis keberkahan.

Ia bukan nikmat atau musibahnya; melainkan syukur dan sabarnya.

Ia bukan kaya atau miskinnya; melainkan shadaqah dan doanya.

Ia bukan sakit atau sehatnya; melainkan dzikir dan tafakkurnya.

Ia bukan sedikit atau banyaknya; melainkan ridha dan qana’ahnya.

Ia bukan tinggi atau rendahnya; melainkan tazkiyah dan tawadhu’nya.

Ia bukan kuat atau lemahnya; melainkan adab dan akhlaqnya.

Ia bukan sempit atau lapangnya; melainkan zuhud dan wara’nya.

Ia bukan sukar atau mudahnya; melainkan ‘amal dan jihadnya.

Ia bukan berat atau ringannya; melainkan ikhlas dan tawakkalnya.

-Salim A Fillah


Kutipan dari:

twitter.com/IndonesiaMoslem

MENGUKUR CINTA

MENGUKUR CINTA
@salimafillah

"Sungguh keislamanmu wahai Paman Rasulillah", ujar 'Umar kepada 'Abbas ibn 'Abdil Muthalib saat mereka bersua menjelang Fathu Makkah, "Lebih aku cintai dari keislaman Al Khaththab ayahku."


Ini bukan karena cintanya pada sang Ayah kurang; ini semata sebab 'Umar mengukur sikapnya dari hati manusia yang paling dicintainya, Muhammad . 'Abbas adalah Paman yang paling mengasihi Rasulullah setelah Abu Thalib.

SUNNAH SEDIRHAM SURGA

SUNNAH SEDIRHAM SURGA
@salimafillah

Betapa sering kita bersemangat akan hal-hal besar dalam cita untuk memperjuangkan agama, lalu lalai bahwa Rasulullah adalah teladan dalam tiap detak dan semua laku, pun juga yang sekecil-kecilnya.


Pada zaman di mana banyak ‘amal besar dikecilkan oleh niat yang tak menyurga; betapa penting bagi kita mentarbiyah niat dalam ‘amal-‘amal kecil yang luput dilirik manusia, tapi berpeluang menjadi tinggi nilai bersebab niatnya.