Senin, 10 Juli 2017

Uang Tidak Selalu Mendatangkan Ketenangan

"Dan Kalau mereka sungguh-sungguh Ridha dengan apa yang diberikan oleh Allah dan Rasulnya kepada mereka, dan berkata cukuplah Allah bagi kami, Allah akan memberikan kepada kami sebagian dari karunia-Nya, dan demikian pula Rasul Nya, Sesunguhnya kami adalah orang orang yang berharap kepada Allah, ( Tentulah yang demikian itu lebih baik bagi mereka) " (At Taubah : 59)


Wahai Zat yang telah menciptakan kami, selama ini Engkau melihat kami hanya menjadi manusia pengeluh yang lupa akan keindahan nikmat-Mu. Wahai Zat yang telah menciptakan kami, selama ini pula mata hati kami tertutup melihat kasih dan sayangMu hanya lantaran kehidupan kami yang merasa selalu dirasa kurang. Hidupkanlah kami dengan hati yang merasa cukup dengan pemberian Mu , dan hidupkannlah kami dengan hati yang lapang ketika menerima ujian, atau bahkan Azab sekalipun.

Uang Bensin Yang Ditukar 1000x Lipat



Allah percaya kepada manusia. DIA berikan dan DIA titipkan alam ini pada manusia. DIA bahkan titipkan rizki dan karunia khusus untuk manusia. Tapi manusia banyak yang tidak percaya pada-Nya.



Sampe mana kepercayaan akan janji Allah itu bisa bekerja untuk kehidupan kita? Sampe tidak ada “koma”nya. Melainkan hanya ada “titik”. Titik ya titik, alias percaya ya percaya. Jangan ada tanda tanya ke Allah. Dan jangan ada keluhan, apalagi sampe terjadi penyesalan. Bahkan pada tataran yang ekstremnya, ketika seseorang sudah percaya sama Allah, tidak usah kemudian mencari jalan yang lain. Lalui saja kehidupannya dengan bergantung penuh pada ketetapan Allah dan berjalan terus dengan kepercayaannya itu. Insya Allah di ujung perjalanan kita, sungguh penuh dengan kejutan-kejutan indah.

Menjadi Lemah



Hanya bersandar kepada Allah dan yakin pada pertolongan-Nya,kita menjadi kuat.

IS, sang penjual nasi yang mendapat berkah tersebut, belum tentu mendapatkan berkah yang begitu banyak, andai ada perubahan suasana hati.


Koq jahat bener ya Allah? Hanya gara-gara perubahan suasana hati, lalu berkah amal saleh Allah tidak beri. Ya memang ini akan jadi diskusi panjang. Mudah-mudahan bisa dibahas di lain tempat.

Sekarang, kita coba bahas IS tersebut.

Air Gula Untuk Bayiku


Saya yakin Allah tidak akan menyia-nyiakan amal kita.

Awal tahun 2007, IS menonton TV. Di sana ada saya katanya sedang bertutur, bahwa kalau mau ditolong Allah, tos-tosan saja sedekahnya. Dan insya Allah akan diganti sama Allah dalam 1 minggu. Itu kalau kita percaya Allah menggantinya dalam 1 minggu.


Saat itu, ia ada uang 1 juta. Uang itu sejatinya ditahan untuk tabungan bayar kontrakan yang 2 bulan lagi bakalan habis. Juga susu anak, listrik, dan lain-lain.

IS dan istrinya sepakat untuk menyedekahkan uang itu, dengan segala resikonya.

Bercanda Dengan Allah



Ketika kita dilanda kesusahan,
“bercandalah” dengan Allah

Seberapa percayanya kita sama Allah? Ini yang menjadi pertanyaan tauhid dan iman kita pada-Nya. Allah akan bekerja sesuai dengan kepercayaan kita pada-Nya. Memang kadang sesuatu berjalan “seperti” tidak sesuai kepercayaan kita pada-Nya. Tapi yakinlah, kita akan kaget sendiri manakala kita teguh berdiri pada apa yang kita yakini.


Tahun 1999, saya lepas dari penjara kepolisian. Sebab ada perjanjian tidak tertulis (damai), bahwa unsur pidana akan dihilangkan jika saya menerima kasus ini betul-betul dijadikan kasus perdata. Saya menerima. Padahal saat itu, untuk menerima kasus ini, berat. Saya tidak berada langsung di balik kasus ini. Ini kasus saya yakini sebagai kasus-kasus istidraj. Istidraj ini artinya dimainkan Allah. Kita punya salah di jalan A, tapi Allah hidangkan kesusahan ketika kita berjalan di jalan B. Maka kasus ini saya terima, dengan pertimbangan mudah-mudahan Allah memaafkan kesalahan saya di tempat lain yang barangkali hukumannya adalah ini.

Apapun Keadaan Dan Kejadiannya,Tetaplah Baik Sangka Kepada-Nya.



Ketika bercerita tentang keyakinan kepada Allah, saya adalah termasuk orang-orang yang berusaha belajar meyakini bahwa Kekuasaan Allah itu ada, Pertolongan Allah itu ada, dan keyakinan-keyakinan lain yang positif.
Saya males mengikuti bayangan buruk pikiran buruk. Sungguhpun kadang kejadiannya memaksa saya untuk berpikir buruk.

Misalnya begini, saya punya urusan, lalu urusan itu kelihatannya tidak selesai. Malah cenderung bertambah besar. Saya mahtetap saja maunya positif. Segera saja saya banting kepada pemikiran, “Ga apa-apa masalah bertambah besar, asal dosa saya semakin besar yang diampuni Allah. Ga apa-apa masalah bertambah besar, asal rizki juga bertambah besar”.

Allah Tidak Pernah Meninggalkan Kita

Andai kita menebus segala kesalahan kita dengan dunia yang kita punya, lalu kita mendapati Allah di sisi kita, tentu ini adalah proses pendekatan diri kepada Allah yang murah adanya.

Seorang bapak datang dalam keadaan bermasalah. Namun berbeda dengan yang lain. Ia datang dengan senyuman. Ia berbagi pengalaman, bahwa ia senang Allah bangkrutkan.


Saya sudah tahu kemana arahnya pembicaraan dia. Tapi saya biarkan. “Kalau saya tidak dibangkrutkan Allah, saya sudah akan terlalu jauh dari Allah,” begitu katanya. “Sangat jauh malah. Saya banyak bermaksiat dengan rizki dan jalan yang justru sesungguhnya diberikan oleh Allah,” katanya lagi.

SEMUA ADA WAKTUNYA...SEMUA ADA AKHIRNYA (Bagian 2-Habis)

SEMUA ADA WAKTUNYA...SEMUA ADA AKHIRNYA      (Bagian 2 habis)
 
Tidak ada yang datang kepada Allah,kecuali Allah pun datang kepadanya.

Ada yang berharap ketika ia datang kepada Allah, maka Allah betul-betul datang kepadanya. Datang dengan segenap pertolongan dan kebaikan Allah. Dan Allah pasti datang. Tapi memang Kehendak-Nya, bukan kehendak kita. Kita hanya bisa memohon, bukan memaksa. Kita hanya bisa meminta, bukan mengatur.


Selain Ibu T di atas, adalah Zaidi. Ia bercerita, ia tidak “nyampe-nyampe”. Ia mendekati Allah dengan harapan dan doa agar Allah mau membayarkan hutangnya. Segala riyadhah ia tempuh. Namun serasa tumpul benar. Maksudnya, hutangnya tetap ga kebayar-bayar. Sama saja seperti dengan tidak datang kepada Allah. Malah datang ujian-ujian baru kepadanya setelah sekian bulan mendisiplinkan riyadhah. Seakan-akan membenarkan pandangan bahwa kalau mendekatkan diri kepada Allah, ujiannya akan banyak.

Nggak Nyadar Nggak Tau - Bagian 2 (Habis)

Lanjutan kajian kemarin..Gak Nyadar Gak Tahu..(bagian 2..habis)

Izinkan saya meneruskan dengan  hal yang lain. Tapi masih berkaitan...Di halaman kedua qs al Baqarah... ada "penyakit2" & "kerusakan2", yg sifatnya laa yasy'uruun (لا يشعرون).  Yang orangnya tidak sadar. Nganggapnya baiiiiikkkk aja. Bennnneeeeerrr aja. Baik itu perbuatan dirinya. Atau juga perbuatan orang lain. Padahal buruk dan salah.


Dan ada juga yang laa ya'lamuun (لا يعلمون). Yang ia tidak ketahui. Karena tidak tau, akhirnya gelap. Sesat. Salah. Buruk. Dan ga bener. Krn itu Qs al Baqarah juga diawali dengan alif laam miim (الم), & bcr tentang the petunjuks. The gaidens. Dzaalikal Kitaabu laa roiba fiihi, hudal lil muttaqien.

(ذلك الكتاب لا ريب فيه هدى للمتقين)

Al Qur'an ini... Tidak diragukan lagi. Petunjuk... Bagi orang yang bertaqwa...Semoga semua bisa kembali ke Qur'an. Jd nyadar. Jd tau. Tidak sedikit pula... Udah mah ga nyadar. Juga sok tau. Dan sebagiannya lagi malah berjuang untuk membuat orang tidak sadar. Dan membuat orang tidak tau.

Semua Ada Waktu, Semua Ada Akhirnya

Semua Ada Waktu, Semua Ada Akhirnya

Sebagaimana malam yang segera akan berakhir dan berganti dengan pagi. Segala sesuatu juga ada akhirnya. Termasuk segala permasalahan yang kita hadapi. Ia ada ujungnya. Amal saleh kitalah yang mempercepat perjalanan itu.


Ada kisah seorang ibu muda. Sebut saja T. Beliau memproses perceraiannya sejak tahun 2001. Gak selesai-selesai. Alih-alih berharap bisa bercerai cepat supaya bisa memulai hidup baru, eh malah beberapa ujian kehidupan muncul. Ibunya menyuruhnya bersabar. “Semua ada waktunya”, begitu nasihat ibunya.

Ga Nyadar dan Ga Tau

KAJIAN PAGI

Ga Nyadar dan Ga Tau

by @Yusuf_Mansur

"Sesat tapi hati lega. Sesat tapi hati  tentrem. Sesat tapi hati bahagia...?
Sudah begitu gelapkah hati kita?"
(@Yusuf_Mansur).



Apa-apa kalau tidak belajar, emang juga bisa tidak tahu. Tapi salah belajar, juga bisa semakin tidak tahu. Ketika belajarnya adalah belajar yang salah. Atau belajar sama yang salah.Misal, mencuri... Mencuri adalah perbuatan salah. Tapi ketika belajar bahwa "Toh kalau Allah membiarkan kamu mencuri, maka itu adalah Kehendak-Nya", maka tak apa. Maka tentu saja hal ini tidak bisa dibenarkan.