Rabu, 05 Juli 2017

PENDAPAT GANJIL

PENDAPAT GANJIL
@salimafillah



Namanya Atha' ibn Abi Rabah. Hitam kulitnya, pendek tubuhnya. Jika berkendara, baghalnya tanpa pelana. Pernah dia menempuh perjalanan dari Makkah ke Syam tuk menjumpai Khalifah Hisyam ibn 'Abdil Malik; menyampaikan hajat kaum muslimin dari Ahli Bait Rasulillah, penduduk Haramain, tentara di perbatasan, hingga Ahlu Dzimmah lalu pulang setelah semua dipenuhi tanpa meminum seteguk airpun di Istana Khalifah.

Pada masanya, beliaulah Imam Masjidil Haram yang bahkan Ibnu 'Abbas & Ibnu 'Umar jika diminta fatwa di Makkah akan berkata, "Bagaimana kalian bertanya padaku padahal di antara kalian ada Atha' ibn Abi Rabah?" Tapi Imam Atha' punya satu pendapat fiqih yang ditanggapi miring. Beliau menyatakan bahwa melempar jumrah di Hari Tasyriq waktunya afdhal sejak pagi hari. Ini menabrak pendapat jumhur 'ulama yang menyatakan bahwa ia hanya afdhal sebakda matahari lingsir, bergeser setelah tengah hari.

DI MANAKAH KITA?

DI MANAKAH KITA?
@salimafillah

Jika buku-buku yang kita baca menjadikan kita merasa lebih tahu daripada sesama.. Jika kajian-kajian yang kita hadiri membuat kita merasa telah pasti berada di jalan yang diridhai.. Jika dengan berada di jama'ah A, mengutip Syaikh B, dan menjadi murid Ustadz C menguarkan dalam dada kalimat, "Aku lebih baik daripada dia.." Jika 'ilmu & 'amal yang kita raih menumbuhkan perasaan betapa berhaknya kita atas surga.. Mari kita simak satu kisah di antara berpuluh ribu kemuliaan para salafush shalih.


Adalah Al Imam Abul Faraj ibn Al Jauzy, rautan pena yang digunakannya untuk menulis dapat menyalakan perapian sebuah rumah selama berbulan-bulan. Jika jumlah halaman seluruh karya tulisannya yang sekira 2000 judul dibagi dengan umurnya sejak baligh, maka dihasilkan bilangan 40 halaman per hari.

JAWABAN FIQIH

JAWABAN FIQIH
@salimafillah

Para 'ulama sejati bukan hanya bertugas menjaga khazanah ilmu. Mereka harus memberi penyelesaian atas persoalan masyarakat, yang kadang justru karena sederhananya; memerlukan kedalaman pemahaman untuk menjawabnya.


“Suatu kali”, demikian dihikayatkan Imam Tajuddin As Subki dalam Thabaqatusy Syafi’iyyah Al Kubra, “Seorang perempuan mendatangi majlis ilmu yang dihadiri oleh para Imam ahli hadits. Di antara mereka terdapatlah Imam Yahya ibn Ma'in, Imam Abu Khaitsamah, Khalaf ibn Salim, dan banyak lagi yang lain. Mereka saling menyebutkan hadits, mentartibkan sanad-sanadnya, dan membilang keragaman matannya.”

JEJAK NABI, JEJAK IMANI

JEJAK NABI, JEJAK IMANI
@salimafillah

Sekitar lima setengah tahun lalu, kajian Majelis Jejak Nabi pertama dibuka di Masjid Jogokariyan, Yogyakarta. Saat itu, ia hanya sebuah hasrat kecil agar ada tempat yang menyajikan keindahan pribadi Rasulillah untuk mengisi ruang kosong di dada kita tentang teladan menjadi manusia, menjadi muslim, menjadi mukmin, muhsin, mushlih, dan muttaqin.


Betapa terharap majelis itu dapat menampakkan senyum Rasulullah hingga kitapun tersenyum sepertinya; menggambarkan tangis Rasulullah hingga kitapun menangis bersamanya; melukiskan cinta kasih; Rasulullah hingga kitapun berkasih sayang sepertinya; memperlihatkan keperwiraan Rasulullah hingga kitapun berani sepertinya.. Hingga kita berbaring, duduk, berdiri, berjalan, dan berlari; menjadi lelaki, suami, ayah, kakek, sahabat, panglima, pemimpin, serta guru dengan meniti teladan beliau .

WAJAH-WAJAH

WAJAH-WAJAH
@salimafillah

Kalau kita telisik, riwayat-riwayat yang menggambarkan tampilan jasmaniah Rasulullah seperti dihimpun Imam At Tirmidzi dalam kitab Asy Syamaail Al Muhammadiyyah hampir semua berasal dari sahabat-sahabat muda, yang menjumpa beliau bahkan saat masih kecil.


Para 'ulama menjelaskan bahwa hal ini disebabkan sahabat-sahabat besar di sisi Rasulullah , terlebih seperti Sayyidina 'Ali, Sayyidina 'Utsman, Sayyidina 'Umar, dan Sayyidina Abu Bakr sangat segan dan ta'zhimnya pada beliau hingga tak berani menatap wajah secara langsung apalagi beradu pandang.
Radhiyallaahu 'Anhum Ajma'iin.
Dinukil dan diselia dari "Menjaga Pencernaan"
Salim A. Fillah, 2015
***
Masih ingat dengan Imam Asy-Syafi? Ya, si cerdas dari suku Quraisy yang luar biasa. Ada kisah lain tentang beliau.

Imam Asy Syafi-nama aslinya Muhammad ibn Idris-tinggal bersama sang ibu. Ia telah yatim sejak dalam kandungan. Suatu hari, saat usianya belum lagi dua tahun, sang ibu meninggalkannya sendirian di rumah dalam keadaan terlelap tidur.

Ternyata, sebelum sang ibunda pulang, Muhammad sudah bangun. Dan tentu saja, menangis. Tetangga sebelah yang kasihan mendengar tangisnya bergegas datang. Kebetulan ia juga sedang menyusui bayinya. Maka disusuilah Muhammad hingga dia terdiam.

MENYEDIAKAN JALAN KEBAIKAN


PEMBACA yang saya hormati. Ini cerita tentang Haji Masa, seorang pedagang tanaman yang cukup sukses dan soleh. Belum lama ini ia menjalankan apa yang disebut sebagai menyediakan jalan-jalan kebaikan sebagai sarana mempersiapkan amal saleh yang tiada terputus hingga yaumil hisab.


Haji Masa membangun musala untuk umum di atas lahannya, di sebelah rumahnya. Menyatu dengan lahan kurang lebih 4000 meter yang ia jadikan tempat berjualan tanaman.

Ringkasan materi Seminar Pra Nikah by Ustad Salim A. Fillah. (Manarul Ilmi ITS, 9 Maret 2013)

Ringkasan materi Seminar Pra Nikah by Ustad Salim A. Fillah. (Manarul Ilmi ITS, 9 Maret 2013)

https://www.facebook.com/rsrc.php/v3/yf/r/g_kf1vXYV_O.png
Hello, everyone, how's life? Life's good! :)

Anyway, lama nggak nulis notes. Boleh dong ya, saya berbagi di lapaknya Mr. Zuckerberg ini? Ihik ihik. *emang gue siape*


Okay, here I go. To the point aja ya, karena saya nggak pintar berbasa-basi.

Jadi ceritanya hari ini saya hadir di Seminar Pra Nikah dengan Ustad Salim A. Fillah sebagai pembicaranya (penulis favorit saya, tuips! *oke, salah lapak, ini bukan twitter*)

:::Kuliah Twitter #NIKAH:::

:::Kuliah Twitter #NIKAH:::
oleh Ust. Salim A. Fillah
1. Dalam isyarat Nabi tentang Nikah, ialah sunnah teranjur nan memuliakan. Sebuah jalan suci untuk karunia sekaligus ujian cinta-syahwati.
2. Maka sebagai ibadah, memerlukan kesiapan & persiapan. Ia tuk yang mampu, bukan sekedar mau. “Ba’ah” adalah parameter kesiapannya.

3. Maka berbahagialah mereka yang ketika hasrat hadir bergolak, sibuk mempersiapkan kemampuan, bukan sekedar memperturutkan kemauan.
4. Persiapan hendaknya segera membersamai datangnya baligh, sebab makna asal “Ba’ah” dalam hadits itu adalah “Kemampuan seksual.”

SETENGAH ABAD MASJID JOGOKARIYAN: Muslim Art Competition

SETENGAH ABAD MASJID JOGOKARIYAN: Muslim Art Competition

Tak boleh ada yang dikecilkan dalam dakwah ini; sebab bahkan debu dapat menjadi pengganti air tuk bersuci dan kelak di akhirat akan bersaksi atas ke mana melangkahnya kaki yang ia tempeli.


Betapa luasnya kerja dakwah ini sehingga kami-kami yang bertugas menyampaikan ilmu di mimbar dan meja pembicara tidaklah dapat mendaku memiliki pahala yang lebih daripada mereka yang; menyiapkan sistem pengeras suara atau menyajikan minumnya, menggelar tikar atau menata kursinya, menyapu ruangan atau menghisap debunya, merancang undangan atau menyebarkannya, menjemput ustadz atau membariskan sandal di pintu masjidnya, mengatur parkir atau menjaga keamanannya, memasakkan konsumsi atau membuat dekorasi panggungnya, serta menjadi pembawa acara atau pelantun kalam suciNya.