Minggu, 19 April 2015

Islamisasi Ilmu


Hamid Fahmi Zarkasyi
Al-Attas segera sadar ilmu pengetahuan modern ternyata sarat nilai Barat


Sekitar tahun 1992 Prof. Dr. Mukti Ali di sela-sela sebuah seminar di Gontor, tiba-tiba bergumam, “Bagi saya Islamisasi ilmu pengetahuan itu omong kosong, apanya yang diislamkan, ilmu kan netral”. Prof. Dr. Baiquni yang waktu itu bersama beliau langsung menimpali, “Pak Mukti tidak belajar sains, jadi tidak tahu di mana tidak Islamnya ilmu (sains) itu.”

Pak Mukti dengan antusias, menyahut, “Masa iya, bagaimana itu?” “Sains di Barat itu pada tahap asumsi dan presupposisinya tidak melibatkan Tuhan,” jawab Baiquni. “Jadi ia menjadi sekuler dan anti-Tuhan.” Pak Mukti dengan kepolosan dan sikap akademiknya spontan menjawab lagi, “Oh begitu”. Diskusi terus berlangsung dan soal ilmu serta Islamisasinya menjadi topik menarik.

Mencintai Penanda Dosa


Salim Afillah
“Ah, surga masih jauh.”
Setelah bertaburnya kisah kebajikan, izinkan kali ini saya justru mengajak untuk menggumamkan keluh syahdu itu dengan belajar dari jiwa pendosa. Jiwa yang pernah gagal dalam ujian kehidupan dariNya. Mengapa tidak? Bukankah Al Quran juga mengisahkan orang-orang gagal dan pendosa yang berhasil melesatkan dirinya jadi pribadi paling mulia?

"Mengenang Detik-detik Kudeta Terhadap Presiden Mursi"


By:Nandang Burhanudin


Hari-hari di bulan April 2013, adalah hari-hari perang urat syaraf. Media-media Mesir mendadak menjadi juru serang bagi setiap kebijakan Presiden Mursi. Tuduhan Ikhwanisasi, kegagalan ekonomi, hingga masalah akidah, menjadi hiasan TV-TV dan koran-koran Mesir. Semua berbagi tugas, menganggap Mursi sebagai Setan, Fir'aun,Stalin, Lenin, Mousollini Arab.

Pemandu talk show semisal Lamis Hadidi si wanita bersilat lidah, Ahmad Musa si virus perusak otak awam Mesir, Ibrahim Isa, Taufik Ukasyah, Mahmud Sa'ad, Adil Hamouda, Majdi Gallad, Junu Sauber, Musthafa Bakri, Khalid Shalah. Setan-setan dan racun-racun pemikiran, yang selama ini menjadikan Mesir di era Mursi dipenuhi caci maki. Anehnya koran-koran besar dunia, menelan mentah-mentah sumber dari media Mesir. Nama-nama di atas, ternyata bagian dari 100.000 anggota intelejen Mesir yang disebar di masyarakat.

Aksi As-Sisi dan Jokowi Membungkam Oposisi


By: Nandang Burhanudin

Dua negara Islam dengan penduduk mayoritas muslim dan asset SDA yang berlimpah. Kini dikuasai anggota ordo-ordo freemaonsry, illuminati, rotary, atau lions club internasional. Kedua penguasa yang hampir bersamaan, melakukan operasi-operasi "tutup mulut" atau penumpulan gerakan oposisi, baik dari militer, birokrasi, elemen buruh, mahasiswa, hingga masyarakat umum.

Operasi penumpulan tersebut dilakukan dengan beberapa cara:
Pertama: Mengikat birokrat dan aparat dengan "peningkatan kesejahteraan".
Di saat rakyat kedua negara dihantui kenaikan harga kebutuhan sembako, BBM, gas, air minum, TDL, As-Sisi dan Jokowi sama-sama melakukan gerakan de vide et impera. Menindas rakyat yang dulu memilih Jokowi atau memberikan mandat kepada As-Sisi. Di sisi lain meningkatkan taraf hidup birokrat dan aparat berkali-kali lipat. Fungsinya jelas, menutup celah pembangkangan. Terutama dari institusi militer, kepolisian, kehakiman, kejaksaan, birokrat PNS. Institusi yang selama ini dikenal sebagai "abdi pemerintah".