Kami
lanjutkan materi kuliah kemarin....Ada baiknya peserta KuliahOnline mempelajari
sedikit kisah Bu Yuyun ini, pelan-pelan. Betul-betul diresapi. Kenapa ada orang
yang begitu dimudahkan urusannya sama Allah, dan mengapa ada yang sepertinya
diblok, dipersulit oleh Allah. Saya meminta Saudara-saudara semua bersabar,
mempelajari Kuliah Tauhid ini mahlan mahlan, pelan-pelan. Sebab setelah Kuliah
Tauhid ini Saudara akan ngebut belajar tentang sesuatu yang membuat
Saudara-saudara semua ada percepatan di semua urusan. Termasuk di urusan
mengubah hidup, memperbaiki hidup, dan di urusan pencarian solusi buat
permasalahan kehidupan yang sedang dihadapi. “Ilmu instan” ini akan bahaya di
kedepan harinya, manakala Saudarasaudara tidak punya basic tauhid yang bagus.
Saya tidak terlalu perduli omongan kawankawan pengelola Kuliah Tauhid yang
mengatakan, ada baiknya memberi banyak pelajaran buat kawan-kawan peserta
KuliahOnline agar banyak yang didapat. Saya tidak perduli. Saya bahkan ketika
belajar, dapat jauh lebih sedikit ketimbang ini.
Pernah satu
ketika saya datang ke seorang ulama. Saya mengadu tentang masalah saya
kepadanya. Meminta nasihat darinya. Saya datang dari jam 20 malam. Sampe jam 00
saya belum juga dipanggilnya. Boro-boro diajak bicara. Disuruh mendekat pun
tidak. Di awal sih saya diajak bicara. Tapi bicaranya ketus sekali, “Koq datang
lagi?!!!”. Saya jawab, “Ya, sebab masalahnya beluman selesai”. “Ya sudah,
tunggu sana”, katanya, sambil menunjuk satu sudut teras majelisnya.
Saudara-saudaraku
Peserta KuliahOnline, saya kemudian menunggu dengan sabarnya. Tapi ga urung
saya gatel juga untuk tidak bertanya. Saya bertanya, “Kyai, sudah jam 12
(malam), kapan saya dikasih kesempatan bicara?”. Waktu itu saya lihat tamunya
tinggal sedikit. Saya berharap saya bisa nyelang walo sebentar.
Ternyata
saya salah. “Yang nyuruh situ dateng siapa?”
“Ga ada.
Saya sendiri”.
“Ya sudah,
tunggu saja!”.
Wah, andai
tidak ada husnudzdzan, baik sangka, niscaya saya sudah kesal bukan kepalang.
Saya tentu akan mengatakan kepada Kyai ini, tidak menghargai tamu. Tapi ya itu.
Saya menerima apa kata guru, dan saya memilih menerima perlakuan guru.
Kira-kira
jam 01-an, mendekati jam 02 pagi, saya baru dipanggilnya.
Beliau lalu
bertanya, “Tahu IBM ga?”
Sungguh pun
saya tahu, tapi saya bingung. “Apa urusannya dengan masalah saya tuh IBM?”,
tanya saya. Tentu saja dalam hati. Saya ga berani bertanya langsung.
Akhirnya
saya jawab singkat saja, “Tahu, Kyai”.
“Nah, IBM
itu punya VPN, Virtual Private Network, jaringan jalur khusus. Ntar gue kasih
VPN buat elu yang bisa jadi jalur khusus elu berdoa kepada Allah. Insya Allah
hutang elu yang segede gunung, kempes dah!”
Kejadian
dialog ini terjadi sekitar tahun 2003. Kyai Betawi ini memang kerja di
Perusahaan Asing. Perusahaan Perancis.
Sumpah. Saat
itu saya merasa Kyai saya akan memberi saya sesuatu yang gimanaaa gitu. Sesuatu
yang BESAR yang bakal instan membuat saya selesai masalah saya. Sim Salabim.
Begitu saya pikir. Ternyata saya tidak sepenuhnya benar. Malah, sempat
berkernyit dan tertawa kecil.
Kyai
tersebut masuk ke dalam rumahnya, dan sejurus kemudian keluar lagi membawa DUA
PENTOL KOREK API. Dua korek api itu dilempar ke arah saya. “Nih pake nih...”,
katanya. Ngasihnya bener-bener dilempar. Sebab beliau ngasih sambil berdiri.
Sedang saya duduk di bawahnya. “Itu korek api, VPN buat elu. Pake tuh yang
bener. Udah gih dah, pulang!”.
Saya pulang
akhirnya. Kurang lebih 6 jam saya menunggu, hasilnya 2 korek api saja!
Menggerutu ga saya? Ntar dulu. Saya berpikir bahwa saya barangkali belajarnya
kudu sedikit demi sedikit. Tapi apa ya maksudnya? Pelan-pelan saya pikirkan.
Hingga akhirnya saya mengaitkan dengan kalimatnya tadi:
“Nah, IBM
itu punya VPN, Virtual Private Network, jaringan jalur khusus. Ntar gue kasih
VPN buat elu yang bisa jadi jalur khusus elu berdoa kepada Allah. Insya Allah
hutang elu yang segede gunung, kempes dah!”. Saya akhirnya mampu
mengkorelasikan 2 korek api yang nyaris tanpa kata-kata itu dengan kalimat
singkat Kyai. Rupanya saya disuruh bangun malam.
Jangan
banyakin tidur. Bagaimana-bagaimananya dengan 2 korek api ini, saya bahas di
Kuliah Pilihan tersendiri yang judulnya: Rahasia Angka 11. Silahkan dah nanti
login di sana, setelah KuliahOnline 41 esai ini selesai.
Satu hal
yang mau saya kata, adalah sabar. Belajar itu harus sabar. Kita sama berdoa
kepada Allah, agar Allah betul-betul berkenan memberi kita ilmu yang bermanfaat
dunia dan akhirat. Sesuatu yang sedikit yang diberi-Nya manfaat dan ada
ridha-Nya, niscaya menjadi sesuatu yang betul-betul berpengaruh positif bagi
hidup kita. Wallaahu a’lam.
Ok, sampe
ketemu dengan materi besok. Besok saya akan tambahin dengan pelajaran di balik
Kisah Bu Yuyun, termasuk kenapa koq sepertinya bisa “satu malam”?
Saya mohon
maaf atas semua kesalahan saya dalam memberikan pengajaran. Mudah-mudahan
Saudara-saudara memaklumi cara saya mengajar ini. Sekali lagi saya berdoa
mudah-mudahan segala biaya, waktu, energi Saudara dalam mengklik website ini
menjadi amal ibadah dan dihitung sedekah Saudara. Sampaikan ilmu ini kepada
sebanyak-banyaknya orang. Tapi sarankan kepada mereka semua, agar mengikuti
saja KuliahOnline ini secara langsung, mandiri, agar ada keberkahan lebih
banyak buat semua yang terlibat.
Salam dan
doa saya untuk Saudara-saudara semua. Mohon doanya ya. Mudah—mudahan
Saudara-saudara tergerak memberikan doa buat kami semua. Terima kasih ya.
RELATED POST:
Meraih
Keberkahan Di Waktu Pagi
Temui
Yang Punya Dunia
RELATED POST:
Tidak ada komentar:
Posting Komentar