MEMBENTENGI
'AWAM
@salimafillah
Suatu saat
seorang kawan mempertanyakan, mengapa banyak muslimin Nusantara dalam shalat
tarawihnya menambahkan hal-hal yang, menurut dia, sama sekali tanpa tuntunan
dari Rasulillah ﷺ.
Misalnya
adalah, dalam rehat yang disunnahkan setiap 4 raka'at, setelah shalawat yang
bertumpuk-tumpuk untuk Nabi ﷺ, ada peran yang disebut "Bilal",
bertugas menyerukan nama para Khalifah.
Setelah
raka'at ke-8, dia berseru: "Al Khalifatul Awwal Sayyiduna Abi Bakrinish
Shiddiq Radiyallahu ‘Anhu; Atardhu 'Anh? (Khalifah pertama adalah junjungan
kita Abu Bakar Ash Shiddiq semoga Allah meridhainya; apakah kalian ridha
padanya?)"
Jama'ah
menjawab, "Nardhu 'Anh. (Kami ridha padanya)."
Setelah
raka'at ke-12, dia berseru: "Al Khalifatuts Tsani Amirul Mukminin
Sayyiduna 'Umar ibnul Khattab Radiyallahu ‘Anhu; Atardhu 'Anh? (Khalifah kedua
adalah pemimpin kaum mukminin, junjungan kita Umar ibnul Khattab semoga Allah
meridhainya; apakah kalian ridha padanya?)"
Jama'ah
menjawab, "Nardhu 'Anh. (Kami ridha padanya)."
Setelah
raka'at ke-16, dia berseru: "Al Khalifatuts Tsalits Amirul Mukminin
Sayyiduna 'Utsman ibn 'Affan Radiyallahu ‘Anhu; Atardhu 'Anh? (Khalifah ketiga
adalah pemimpin kaum mukminin, junjungan kita 'Utsman ibn 'Affan semoga Allah
meridhainya; apakah kalian ridha padanya?)"
Jama'ah
menjawab, "Nardhu 'Anh. (Kami ridha padanya)."
Setelah
raka'at ke-20, dia berseru: "Al Khalifatur Rabi' Amirul Mukminin Sayyiduna
'Ali ibn Abi Thalib Radiyallahu ‘Anhu; Atardhu 'Anh? (Khalifah keempat adalah
pemimpin kaum mukminin, junjungan kita 'Ali ibn Abi Thalib semoga Allah
meridhainya; apakah kalian ridha padanya?)"
Jama'ah
menjawab, "Nardhu 'Anh. (Kami ridha padanya)."
Sayapun
meriwayatkan padanya jawaban salah seorang guru saya, "Bagaimana sekiranya
ini pasa awalnya adalah sebuah ikhtiyar luhur untuk membentengi kaum 'awam
ummat dari sebuah keyakinan dan pemahaman yang amat merusak?"
"Faham
apakah itu?", tanyanya.
"Faham
yang menolak kepemimpinan 3 Khalifah sebelum Sayyidina 'Ali, mengajak membenci
para sahabat kecuali sedikit di antara mereka, mengajak melaknati Sayyidina Abu
Bakr dan Sayyidina 'Umar beserta kedua putri agung mereka, serta
mendungu-dungukan Sayyidina 'Utsman."
"Syi'ah?",
tanyanya.
"Rafidhah",
tegas saya.
Seperti para
penguasa Daulah Turki 'Utsmaniyah memasang nama-nama mulia ini di bawah kubah
raksasa Masjid-masjid mereka, seperti para remaja masa kini mencetaknya di
kaos-kaos keren, para 'ulama Nusantara merasa perlu menjaga cinta serta
kesetiaan kepada para sahabat Rasulullah ini bahkan dengan terus-menerus
meyakinkan ummat untuk ridha kepada Abu Bakr, 'Umar, 'Utsman, dan 'Ali di
ujung-ujung Qiyamul Lail Ramadhan yang syahdu.
Bid'ahkah?
Barangkali
jika kita menganggapnya hanya sebagai ungkapan cinta kepada Ash Shiddiq, Al
Faruq, Dzun Nurain, dan Abul Hasan Radhiyallaahu 'Anhum, bukan sebagai doa
khusus, dan tak diyakini bagian dari ibadah shalat Tarawihnya, ia sungguh bukan
demikian.
"Tapi
jika engkau hendak mempersoalkan tradisi yang telah berabad-abad menjaga
muslimin Nusantara dari kesesatan ini", ujar saya pada beliau,
"Barangkali nanti perlu kita kaji 2 risalah penting tentang bid'ah: Al
I'tisham-nya Imam Asy Syathibi sekaligus Qawa'idul Ahkam fi Mashalihul Anam-nya
Imam 'Izzuddin ibn 'Abdissalaam. Insyaallah."
Dalam
ibadah, tujuan memang tidak membebaskan cara. Tapi memahami latar belakang
seharusnya membuat kita mengerti, menghargai, dan menyikapi dengan hikmah
sejati.
https://www.instagram.com/p/BG88ykCGURZ/
Tidak ada komentar:
Posting Komentar