Melewati
Rintangan Kendala Hidup
Ketika diri
kita sudah terbiasa menghadapi berbagai macam rintangan dalam kehidupan, kita
akan mengerti bahwa rintangan itu ada untuk dilewati, dan melewatinya perlu
kerja keras dan kesungguhan. Dan bukan hanya itu, setelah kita berhasil
melewatinya, kita akan mendapatkan kepuasan dan memperoleh nikmat sesudah
kepayahan.
Saya
teringat seorang teman yang pernah mengatakan bahwa betapa beruntungnya si anu
yang diberi kemudahan oleh Allah dalam hidupnya. Pada waktu itu yang ia
sebutkan sebagai kemudahan adalah: cepat lulus kuliah dan mudah mendapat
pekerjaan. Si anu yang sedang dibicarakan memang baru saja diterima bekerja di
sebuah perusahaan dengan gaji yang lumayan. Teman saya itu menceritakannya
dengan maksud membandingkan dengan dirinya yang hingga waktu itu belum bekerja,
dan sudah 3 bulan lulus dari kampus. Mendengar ia mengucapkan keluhan itu, saya
berkata dalam hati, betapa ia tidak tahu berbagai kesulitan yang telah si anu
lewati sebelum akhirnya Allah menurunkan rezeki sebuah pekerjaan untuknya. Saya
mengenal si anu sama baiknya dengan teman saya itu. Si anu sudah dua tahun
lebih lulus dari kampus, lebih dulu dari teman saya itu, dan belum juga
mendapatkan pekerjaan tetap. Saya tahu upaya yang telah dikerahkan olehnya
selama ini, dan berbagai sandungan yang ia alami. Ia pernah ditipu oleh seorang
teman, dan akhirnya beberapa juta uangnya hilang. Ia pernah berusaha mendirikan
usaha sendiri, namun akhirnya ditutup setelah setahun tak memberi hasil bahkan
merugi. Ia sudah melamar ke mana-mana dan menjalani banyak sekali proses
interview, tapi tak juga diterima. Dan banyak lagi yang sudah ia lakukan, dan
menurut saya hal-hal itu tidak mudah.
Teman saya
itu, tiga bulan setelah lulus, ia diterima bekerja sebagai seorang sekretaris
pada sebuah perusahaan. Sejak itu saya tidak pernah menanyakan padanya, apakah
sekarang ia masih mengatakan bahwa si anu sangat beruntung dan iri hati
padanya. Dan saya pun tidak pernah lagi mendengar ia berkeluh-kesah tentang
keberhasilan si anu.
Begitulah
manusia. Sepertinya hal-hal yang berada di luar dirinya kelihatan jauh lebih
baik dan bagus daripada yang telah ada padanya. Tidak pernah puas, sering lupa
bersyukur, dan setiap kali mendapatkan sesuatu, ia pasti menginginkan hal yang
lain lagi. Ibnul Qayyim pernah mengatakan bahwa sifat seperti itu memang selalu
ada pada diri manusia. Sebab manusia memiliki kelemahan dalam syahwat yang
bersemayam. Padahal di luar dirinya masih banyak sekali orang-orang yang
mengalami penderitaan yang jauh lebih berat, sedangkan mereka masih bisa
memaknai hidup dengan lebih positif. Bukankah pikiran yang membawa kita pada
perbuatan? Dan akar dari pikiran adalah aqidah yang benar. Maka bila akar
tersebut telah terpancang kuat, ia akan membentuk pikiran-pikiran positif yang
mendorong diri kita untuk berbuat yang lebih baik dalam kehidupan. Tanpa harus
memandang kiri-kanan dengan perasaan iri, dengki, bahkan akhirnya bernafsu
untuk saling menjatuhkan.
Ujian yang
datang kepada tiap diri kita tidak pernah sama. Ia akan turun sesuai porsi
kemampuan kita menghadapinya. Semakin baik kualitas keimanan seseorang, maka
semakin kencang pula badai menerpa. Hal ini pasti sudah diketahui banyak orang,
tapi banyak orang sering lupa bila ia sendiri yang sedang menghadapinya.
Menanggapi ujian yang datang dengan lapang hati memang tidak mudah. Tapi itu
adalah salah satu cara untuk menjaga keikhlasan dalam diri untuk setiap
perbuatan, dan meneguhkan diri untuk menang dari segala macam ujian itu.
Saya tidak
tahu mau menyebutkannya sebagai apa, tapi menurut saya, bersyukur kala ujian
datang akan memudahkan kita untuk berjuang melewatinya. Sebab ketika Allah
menurunkan lagi sebuah ujian pada diri kita, saat itu harusnya kita tahu, bahwa
Allah menyimpan sebuah kenikmatan lagi di baliknya. Bila kita lulus, maka
kenikmatan itu akan terasa jauh berkali lipat. Sesuatu yang diperoleh dengan
perjuangan biasanya akan terasa lebih indah. Dan kepuasan seperti itu tidak
hanya akan berakibat kenikmatan dunia, melainkan juga merupakan saham pribadi
un tuk membuka pintu surga. Jadi, kita semua memang harus berjuang untuk
menang.
RELATED POST:
Allah
Sebagai Pusat
Amal
Tabungan
Meraih
Keberkahan Di Waktu Pagi
Buka Pagi dengan Alfatihah.
RELATED POST:
Tidak ada komentar:
Posting Komentar