IKHTIYAR
HARUS TAPI JANGAN DIJADIKAN ANDELAN..
Ustadz Yusuf
Mansur di dalam bukunya yang berjudul “Jaminan”, menjelaskan, “Yang menentukan
sebuah ikhtiar tidak menjadi ibadah adalah tidak adanya Allah.”
Misalkan
ucapan seorang tukang kaca keliling, “Nanti nih Nak, kalau kaca Abah laku, Abah
bakal pulang dan beli makanan.” Kelihatannya ga ada masalah di sini. Tapi,
kalau di hati kita benar-benar tidak ada Allah SWT, lalu menjadikan episode
penjualan kaca ini sebagai penentu makan atau tidaknya keluarga mereka, jatuh
dia pada “ikhtiar bukan jadi ibadah, tapi jadi tuhan.”
Banyak lho,
ikhtiar yang menjadi Tuhan, seperti, “Kalau tanah saya ga laku, gimana saya
pergi haji, Ustadz?” Wah, ini masalah. Pantes aja Saudara ga pernah pergi haji,
karena ngandelin tanah yang dijual.
Terus apa
yang bisa membuat ikhtiar kita itu menjadi ibadah? Inilah yang menjadi korelasi
dengan pelajaran-pelajaran sebelumnya. Saya pernah bahas, seharusnya di awal
ada Allah, di tengah ada Allah, dan di akhir juga ada Allah.
Harusnya
ngomongnya begini, “Moga Allah bikin laku tanah ini. Kalau tanah ga laku juga,
dengan cara apa kek Allah bisa bikin saya pergi haji.” (dikutip dari Buku
Jaminan hal 16-17, karya Ustadz Yusuf Mansur)
Senada
dengan ungkapan ustadz Yusuf Mansur, Syaikh Muhammad Ali Jum’ah ketika membahas
kitab Al-Hikamnya Ibnu Al-‘Athooiyah, berkata, “Seseorang yang menyandarkan
diri pada ikhtiar, pada hukum kausalitas (sebab akibat), adalah perbuatan
syirik dan meninggalkannya merupakan kebodohan.”
Oleh
karenanya jangan meninggalkan ikhtiar, hukum sebab akibat dan jangan sekali-kali
menyandarkan diri kepada ikhtiar, hukum kausalitas (sebab akibat). Karena
menyandarkan diri kepada ikhtiar merupakan salah satu sifat dan pekerjaan hati
(yang menyimpang).
Dalam video
ustadz Yusuf Mansur ketika membahas Allah dulu, Allah lagi, Allah terus, beliau
menjelaskan tema ini dengan suatu contoh yang lebih rinci.
Seorang anak
mengadu kepada ayahnya, “Ayah, saya ingin kuliah. Bagaimana Yah?”
Jika ayahnya
menjawab, “Tenang saja nak. Ayah khan punya motor. Ayah bisa jual motor itu
untuk biaya kuliah kamu.”
Ini
nampaknya sederhana, tidak ada yang salah. Tapi jika di hati sang ayah tidak
ada Allah sama sekali, ucapan ini perlu diluruskan. Pasalnya, apakah hanya
dengan menjual motor saja, anaknya baru bisa kuliah. Ayahnya sama sekali ‘tidak
melihat’ Allah sama sekali, seolah tidak ada Allah.
Padahal jika
Allah berkehendak, apa pun bisa terjadi. Anak itu bisa kuliah, setelah ayahnya
berhasil menjual motor. Anak itu bisa kuliah, karena memperoleh beasiswa dari
sekolah. Anak itu bisa kuliah, karena seorang dermawan yang membantu dan segala
kemungkinan lainnya yang mungkin tidak pernah terlintas dalam pikiran kita.
Apa pun
permasalahannya, jadikan Allah sebagai andelan. Jangan ngandelin ikhtiar, akal
kita yang terbatas atau uluran tangan orang lain. Bagaimana menjadikan Allah
sebagai andelan kita?
Masih dengan
contoh di atas, sebelum sang ayah ke dealer untuk jual motor, hendaknya dia dan
anaknya menunaikan sholat terlebih dahulu. Terserah mau sholat dhuha atau
sholat-sholat sunnah lainnya. Kemudian panjatkan doa bersama-sama. Mohon
petunjuk kepada Allah, “Apa jalan yang harus ditempuh?”
Nanti akan
ada jawabannya. Apakah terus dilanjutkan untuk jual motor ke dealer atau harus
memilih jalan lain? Jawabannya, entah ada halangan ketika akan menuju ke dealer
atau malah amat dipermudah menuju dealer.
Sampai di
dealer, coba lakukan tawaran pembuka. Setelah itu jangan diputuskan langsung.
Laporkan kepada Allah, minta pertimbangan-Nya, sholat terlebih dahulu. Apakah
setuju dengan harga segitu atau bagaimana? Sekali lagi jawabannya akan terlihat
dari fenomena setelah itu. Entah dealernya tutup, sebagai petanda bahwa Allah
tidak setuju dengan harga itu. Atau malah, pembelinya sudah siap dengan uang di
tangan yang bisa diartikan bahwa Allah sudah setuju dengan harga itu.
Seperti
itulah bila ikhtiar menjadi ibadah dan bukan menjadi Tuhan. Seperti itulah bila
Allah menjadi andelan dan bukan ngandelin ikhtiar. Demikian pula ketika
seseorang dihadapi suatu masalah dan dia belum terbayang ikhtiar apa yang akan
dilakukannya. Dekatkan saja diri pada Allah. Lakukan sholat sunnah, tahajud
atau berdoa. Sebab doa bisa menghasilkan ikhtiar. Doa dapat membuahkan ikhtiar.
Ketika
seseorang buntu mencari solusi, lalu dia memohon kepada Allah agar diberi jalan
keluar, pada saat itulah dia sudah menggantungkan diri kepada Allah Yang Maha
Mengetahui, Yang Maha Kuasa. Oleh karenanya tidak heran bila tiba-tiba dia
memperoleh ide, dia memperoleh peluang untuk memperoleh solusi itu.
Monggo..dianjurkan dan dipersilahkan
untuk mengajak teman, kerabat dan kenalan untuk secara ikhlas
bergabung di channel ini, caranya
gampang cukup klik dan join link berikut ini:
dan dapatkan pahala berlimpah untuk
ajakan kebaikan anda
مَنْ دَلَّ عَلَى خَيْرٍ فَلَهُ
مِثْلُ أَجْرِ فَاعِلِهِ
"Barangsiapa yang menunjukkan
kepada hal-hal kebaikan, maka ia (orang yang menunjukkannya) akan mendapat
pahala seperti orang yang melakukannya." (HR. Muslim)
RELATED POST:
Tidak ada komentar:
Posting Komentar