KISAH PEMPEK
GAGAH:
Palembang-Ternate-Surabaya
@salimafillah
Kata sahibul
hikayat, pempek muncul di Palembang sejak gelombang besar perantau Tiongkok
tiba akibat pergeseran kekuasaan dari Dinasti Ming yang asli Cina ke Dinasti
Qing yang berasal dari Manchuria, di sekitar abad ke-17.
Kisah yang
masyhur menyebut, sekitar tahun 1617 seorang Apek, lelaki tua keturunan
Tiongkok berusia 65 tahun yang tinggal di daerah pemukiman rumah-rumah rakit
atau disebut Perakitan, tepian Musi merasa sedih menyaksikan tangkapan ikan
yang berlimpah tapi sering terbuang karena membusuk sebelum sempat diolah
menjadi hidangan Melayu semacam bakaran atau pindang.
Si Apek
kemudian mencampur serutan daging ikan dengan tepung sagu atau tepung singkong
sehingga dihasilkan makanan baru yang awet dan dapat dikukus ulang.
Makanan ini
barangkali adaptasi dari kekian, ngohyang, ataupun baso ikan di Pesisir Timur
Tiongkok. Tambahannya adalah Cuko; air dengan gula merah, asam, ebi, cabe
tumbuk, bawang, dan garam. Iapun dijajakan dengan berkeliling kota dengan
berjalan kaki, baru kemudian di masa berikutnya dengan sepeda.
Ceritera
tutur menyebut masa bertakhtanya Sultan Mahmud Badaruddin II di
Palembang-Darussalam sebagai awal mula disebutnya hidangan ini sebagai pempek.
Ia mungkin berasal dari kata "Apek", yaitu panggilan pada si penjual.
"Pek.. Apek.. Pek.. Apek", begitu yang hendak membeli berseru, hingga
dagangannya pun disebut pempek.
Angka-angka
tahun kisah ini memang agak sulit dicocokkan. Kalau benar si Apek pertama kali
membuat Pempek pada 1617, Mahmud Badaruddin II baru lahir pada 1767 dan
bertakhta antara 1803-1813 serta 1818-1821. Ada jeda amat lama hingga ia
disebut pempek. Apalagi bahwa singkong baru dibudidayakan luas di Nusantara
sejak 1810.
Tapi kata
kunci untuk tulisan ini memang Sultan yang gagah itu; Mahmud Badaruddin II.
Setelah
kekalahan besar Laksamana Constantijn Johan Wolterbeek pada 1819 yang
melahirkan pepatah 'Pelebur Habis Palembang Tak Alah', Belanda datang ke
Palembang dengan kekuatan yang lebih besar pada 16 Mei 1821.
Kontak
senjata pertama terjadi pada 11 Juni 1821 hingga menghebatnya pertempuran pada
20 Juni 1821. Pada pertempuran 20 Juni ini, sekali lagi, Belanda mengalami
kekalahan. Tapi Jenderal Herbert Merkus De Kock tidak memutuskan untuk kembali
ke Batavia. Dia mengatur strategi penyerangan nafas panjang.
Memasuki
bulan Ramadhan, De Kock mencoba menunjukkan maksud baik menghormati hari Jumat
dengan tidak melakukan gempuran pada hari tersebut. Sultan dan rakyat dapat
melaksanakan shalat Jumat dengan aman. Sebagai balasan, Sultan memerintahkan
agar tidak menyerang pada hari Ahad, biarlah tentara Belanda beribadah.
Hal ini
berjalan hingga pekan kedua, di mana pada dini hari Ahad menjelang sahur
tiba-tiba De Kock melakukan gempuran besar-besaran dengan memasang paman dan
sepupu Sultan, Susuhunan Husin Dhiauddin dan Ahmad Najmuddin di kapal terdepan.
Keduanya
memang penguasa yang lebih dipilih Belanda sebab mau bekerjasama. Tapi
bagaimanapun, Sultan Mahmud Badaruddin II enggan untuk menembak. "Jangan
sampai orang mengatakan", gumamnya lirih, "Mahmud Badaruddin II tega
membunuh kerabatnya demi kekuasaan."
Karena hal
ini, pasukan Belanda berhasil menembus pertahanan Kuto Besak dan perang dahsyat
terjadi hingga 25 Juni 1821. Sang Sultan berhasil ditangkap. Pada 13 Juli 1821,
Kapal Dageraad mengangkat sauh membawa Sultan ke Batavia, dan selanjutnya ke
tempat pembuangannya di Ternate. Pahlawan agung dari n.egeri Pempek ini wafat
di bumi Moluku Kie Raha pada 26 September 1852.
Di Ternate
ini pula pertama saya berjumpa De' @hamas.syahid dan kedua bertemu Ummi
@yulyani_ummuhamas, hingga kemudian mereka berkunjung ke Jogokariyan. Tempo
hari, kami sekeluarga membalas kunjungan itu ke Surabaya dan kamipun dijamu
Pempek Yenna, singkatan panggilan Ummi, "Yeyen dan Anak-anak." Ini rupanya
bisnis yang dirintis sang pemeran Mas Gagah di #kmgpthemovie.
Pempek ini,
rasanya lezat, cukonya mantab. Aman kau ke Surabaya sano gek, jangan lupo bawa
pempek dari uwong belagak yang pacak gawe. Cak mano, dak cayo kau?
Tidak ada komentar:
Posting Komentar