KASAN BESARI
@salimafillah
Nama ini
adalah lambang keteguhan dan pilihan sikap dalam meneruskan jihad dengan ilmu.
Ketika
saudara-saudara seperjuangannya dalam Laskar Dipanegara, Kyai Mojo, Kyai
Baderan, Kyai Pulukadang dan bahkan putranya Tumenggung Zess Pajang ditangkap
Belanda dalam Perang Jawa, ditahan di Batavia, lalu dibuang ke Ambon dan
Tondano, Kyai Kasan Besari memilih menghindar dari perang selanjutnya, lalu
pulang ke Tegalsari, Ponorogo.
Para buangan
itu, yang mengalami berbagai kepedihan sejak belenggu dan siksaan mendera
mereka di ruang bawah tanah Stadhuis, kelak menurunkan marga-marga Jawa-Tondano
yang kokoh memegang agama dan berdakwah di berbagai penjuru.
Sesungguhnya,
Kyai Kasan Besari juga mengambil pilihan yang amat berkah.
“Tidak
sepatutnya bagi mukminin itu pergi semuanya ke medan perang. Mengapa tidak
pergi dari tiap-tiap golongan di antara mereka beberapa orang untuk memperdalam
pengetahuan mereka tentang agama dan untuk memberi peringatan kepada kaumnya
apabila mereka telah kembali kepadanya, supaya mereka itu dapat menjaga
dirinya.” (QS At Taubah: 122)
Apalagi
ketika sang mujahid agung, Sultan Abdul Hamid Dipanegara ditangkap di Magelang
pada 1830, jejaring para 'Alim yang selama ini berjuang di sisinya segera
menyebar ke seluruh penjuru, membangun pesantren, mendirikan desa, dan
memakmurkan perdikan. Mereka yakin bahwa kelak akan tiba masanya jihad berkobar
lagi, dan tugas mereka kini adalah menyalakan api kaderisasi.
Sandi yang
mereka sepakati dan disampaikan turun temurun adalah pohon Sawo berbaris yang
ditanam di halaman rumah, pekarangan Masjid, dan muka Pesantren mereka. Sawo,
sebab sawwu shufufakum, luruskan shaff. Sawo berjajar, sebab Allah mencintai
orang yang berperang di jalanNya dalam barisan yang rapi seakan mereka bangunan
tersusun kokoh.
Kyai Kasan
Besari, trah Kyai Yahudo dari Lorok, Pacitan, yang adalah Sentana Wangsa
Mataram itu memimpin gerakan mempertahankan agama di tengah penjajah yang kian
mencengkeramkan kukunya di Keraton. Trah Kyai Yahudo sang pembawa agama Islam
ke bumi sekitar Wengker, kelak juga menurunkan keluarga-keluarga Pesantren
Besar di Pacitan, Jombang, Madiun, dan Ponorogo, termasuk para Trimurti Gontor,
bahkan juga Guru Bangsa Tjokroaminoto dan Guru Negara Soedjatmoko. Semoga Allah
rahmati mereka semua.
Hari ini
kami berada di UNIDA Gontor, ahlan wa sahlan yang akan bergabung ifthar nanti.
— di
Universitas Darussalam - UNIDA Gontor
https://www.instagram.com/p/BG0zaXYGUfI/
Tidak ada komentar:
Posting Komentar