Kamis, 14 Mei 2015

14 Lembah Ibrahim


Majalah Tarbawi Edisi 219 Th. Muharram 1431 H/ 14 Januari  2010 M

Enam milyar manusia yang menghuni bumi hari ini adalah turunan dari sekitar 12 pasang manusia yang tersisa dan selamat dalam perahu Nuh. Itu sedikit kuasa ilmu yang memberi Nuh kemampuan antisipasi terhadap musibah yang sedang mengancam. Dengan kuasa ilmu yang sama, kita membaca cerita tentang lembah Ibrahim.

Nama itu tak pernah ada. Sebab Qur’an memang tidak memberinya nama. Qur’an hanya menyebutkan ciri: lembah yang tidak ditumbuhi sedikitpun tumbuhan. Jadi anggap saja itu lembah Ibrahim. Itu lembah atau tanah datar yang kering dan gersang. Ke sanalah Ibrahim membawa istrinya, Hajar dan bayinya, Ismail. Lebih dari 80 tahun lelaki itu menantikan kehadiran anak ini, tapi ketika ia hadir di pangkuannya saat keputusasaan memenuhi rongga dadanya, ia justru membawa anak itu ke lembah ini. Bukan Cuma itu. Ia bahkan meninggalkan istri dan anaknya di lembah itu. Seakan-akan ia hanya datang menitip mereka kepada alam.

Kita sering mendengar cerita ini sebagai latar pengorbanan tanpa batas dari sebuah keluarga kenabian. Tapi tidak pernah menanyakan apa rencana Allah di balik itu semua. Itu  jelas bukan rencana Ibrahim. Ia bahkan tidak bisa menjawab hendak kemana ketika Hajar bertanya padanya saat akan meninggalkan mereka. Tapi ketika Hajar bertanya padanya saat akan meninggalkan mereka. Tapi ketika Hajar bertanya, apakah ini perintah Allah yang diwahyukan kepadamu, Ibrahim mengiyakan.

Lembah itu seperti hilang dalam memori sejarah sampai 2500 tahun kemudian ketika Muhammad diangkat menjadi Nabi. Lembah itu yang dikenal dengan jazirah Arab. Dalam isolasi peradaban itulah Ismail beranak-pinak dengan sebuah kabilah yang bernama Jurhum, dari mana kemudian bangsa Arab berasal.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar