Selasa, 04 Agustus 2015

Erdogan


By: Nandang Burhanudin

Bukan maksud membangdingkan sekedar memahami fakta. 
Dua Presiden berjarak antara langit dan tanah sumur Papua. 
Satu Presiden biang kebaikan, satu lagi keburukan berada. 
Erdogan kebijakannya membahagiakan, Jokowi membuat derita.

Presiden Turki yang orang Indonesia pun turut bangga. 
Tentu atas prestasi dan sikap yang bikin rakyatnya bahagia. 
Tampilannya gagah, tinggi semampai, berwibawa. 
Turki di bawah komandonya, menyongsong jadi jawara.


Tidak seperti Presiden di negeri Dorna. 
Hobinya cengengesan, biar dikira cool, cakep, berkharisma. 
Ia tak sadar acara resmi atau acara lawak tebar tawa. 
Yah... Presiden dilahirkan dari kejujuran, berbeda dengan yang lahir dari kebohongan.

Erdogan sukses mengangkat mata uang Lira, dollar pun tak lagi jumawa. 
Jokowi membuat rupiah makin terpuruk, tak lagi punya daya. 
Tol Laut dibangun Erdogan, menghubungkan Asia hingga Eropa. 
Tol laut dijanjikan Jokowi, dengan menyerahkan seluruh proyek ke China.

Di Turki, industri kreatif kecil-menengah-besar didukung negara. 
Di Turki, kita akan susah menemukan produk made in CHina. 
Di Indonesia, seluruh industri dimatikan hingga tak berdaya. 
Namanya Indoensia, tapi produk yang dipakai 95 % China.

Turki dari Khilafah menjadi sekuler dan kini Islam kembali berjaya. 
Indonesia dari Paganis-Animis ke Islam dan kini Sekularis-Liberalis. 
Turki dari Sekularis kini makin Islamis, Indonesia Islam makin tragis. 
Turki di kemudian hari makin berjaya, Indonesia terpuruk tinggal nama.

Yah. Andaikan Turki membuka diri untuk warga Indonesia. 
Berhijrah jalan terbaik agar bisa hidup merdeka. 
Hanya panggilan Islam yang membuat diri ini masih setia. 
Memperbaiki Indonesia adalah kewajiban utama.

Pasted Form: Laman facebook ust. Nandang Burhanudin https://www.facebook.com/aufainternational
03 Agustus 2015


Tidak ada komentar:

Posting Komentar