Sabtu, 23 Mei 2015

20 Bangsa Petualang Penutur


Majalah Tarbawi Edisi 226 Th. 11 Jmumadil Awal  1431 H/ 22 April  2010 M

Orang ramai berkumpul seperti layaknya semua pasar. Sebab itu memang pasar. Tapi tanpa aksi jual beli. Tidak ada perdagangan di situ. Mereka datang untuk bertutur. Bukan berdagang. Itulah pasar Okaz: pasar para penyair yang sangat terkenal di jazirah Arab pada masa jahiliyah.


Para penyair datang ke pasar itu dan menyampaikan puisi-puisi mereka dari atas kuda atau onta secara langsung dan spontan. Mereka tidak merekam puisi  mereka dalam tulisan. Mereka menuturkan apa yang terekam dan terbetik seketika di kepala dan hati mereka tanpa proses edit seperti semua puisi yang sekarang kita baca. Puisi-puisi itu abadi serta terus dipelajari hingga saat ini.
Itulah bangsa yang kepada mereka nabi terakhir diutus. Bangsa penutur. Bangsa yan menempatkan kata di atas segala-galanya. Maka terhinalah kalan yang tidak mempunyai penyair. Dan takkan pernah seseorang disebut pemimpin jika ia tidak mampu menyihir dengan kata. Mereka adalah bangsa dengan kecerdasan naratif yang dahsyat. Kepada merekalah Muhammad diutus. Dan kepada merekalah Muhammad berkata: Memang ada kata yang bisa jadi sihir.

Menurunkan nabi terakhir kepada sebuah bangsa penutur adalah pilihan Allah. Sebab memang Allah lebih tahu dimana ia menurunkan risalahNya. Sebab mata rantai kenabian ini akan ditutup dengan kata: narasi abadi yang akan menggantikan kehadiran fisik para nabi. Sebab pergulatan manusia hakikatnya dan pada akhirnya adalah pergulatan dengan kata. Kita menjadi manusia dengan kata. Kita beradab dengan kata. Kita memimpin dengan kata. Kata memaknai hidup kita. Kata membimbing hidup kita.

Mereka memang bangsa nomaden dan pengelana. Tetapi ketika pengelanaan bertemu dengan kepenuturan maka jadilah bangsa itu sebagai bangsa petualang penutur yang membawa risalah samawi dan kelak memimpin dunia. Jika ada satu penjelasan tentang mengapa Islam terus berkembang hingga saat ini, maka salah satunya: bangsa petualang penutur itu.

Allah menutup nubuwwah dengan narasi dan menurunkan itu kepada bangsa narator yang menjaga otentitasnya dan menuturkan sabda-sabda nabinya dengan cara yang sempurna serta membuatnya abadi hingga kiamat kelak.
(Sekretariat KAMMI Daerah RIAU, Senin, 19 April  2010, 07:19:10 WIB)


Tidak ada komentar:

Posting Komentar