Minggu, 03 Mei 2015

Era Jokowi, Masyarakat Indonesia Makin Sakit


By: Nandang Burhanudin 
*****
Tadi siang saya tukarkan rupiah ke dollar. 2.000.000 dihargai 150 US. Tahun 1996, 2 juta bisa digunakan untuk beli tiket PP JKT-CAI dan bisa untuk biaya hidup 1 tahun di Mesir. Saat ini, jumlah yang sama hanya untuk kebutuhan 2 bulan saja.

Anehnya. Rakyat Indonesia menganggap wajar dan malah mengagungkan Jokowi sebagai New Hope. Lupa jerih payah, banting tulang, kepala jadi kaki dan kaki jadi kepala, hanya cukup untuk belanja satu keranjang di mall.

Sungguh. Rakyat Indonesia terjangkit sakit akut tanpa sadar didera sakit. Ibarat pembiusan, Jokoi benar-benar sukses membius rakyat. Entah cairan bius made in mana. Namun yang pasti. Alat bius dan cairannya made in Israel. Hal yang sama dilakukan terhadap rakyat Mesir.

Bayangkan. Manusia kritis di era Soeharto atau SBY. Kini menyembah-nyembah Jokowi. Mengharap cipratan proyek yang dilakukan tanpa pengawasan. Tak ada lagi suara soal penggunaan fasilitas berlebihan. Tak ada lagi isu Korupsi, Kolusi, Nepotisme. Tak ada suara lantang soal pelanggaran HAM. Tak ada isu SARA atau penistaan agama. Jokowi malah dipuji Jubir HTI sebagai sosok sederhana karena naik pesawat ekonomi. Lalu sederhana itu tiada, selepas mobil Limousin yang membelalakkan mata.

Masyarakat yang semakin sakit dalam pembiusan, nampaknya susah disadarkan walau TOA dan fakta kehancuran Indonesia dihadirkan di dekat telinga atau depan mata. Siap-siap yang mengkritisi Jokowi dituduh sebagai barisan Prabowo yang sakit hati atau karena tidak kebagian jatah menteri. Padahal semua paham. File-file manipulasi itu nyata.

Tengoklah kasus sedot suara oleh Timses Jokowi. Kini pudar seiring dengan isu ISIS dan terorisme. Belum lagi penggunaan uang dari kenaikan BBM, GAS, LISTRIK. Semua raib tanpa kabar berita efek dari isu kematian Olga.

Indonesia darurat begal moncong putih bermata merah. Hobinya lelang asset rakyat yang diatasnamakan milik pemerintah. Zaman Soeharto dulu ada Sri Bintang Pamungkas, Prof. Amien Rais, Petisi 50. Kini kita tunggu peran cendekiawan dan preman-preman relijius. Jangan sampai Jokowi lama berkuasa, lalu Indonesia tinggal nama dan rakyatnya tambah gila
Pasted Form: Laman facebook ust. Nandang Burhanudin https://www.facebook.com/aufainternational
28 April 2015


Tidak ada komentar:

Posting Komentar