Senin, 04 Mei 2015

Perjuangan Syariah-Khilafah Dan Iklan Rokok


Oleh:  Nandang Burhanudin 
SEJATINYA, semua paham bahwa rokok itu banyak mudarat dibanding manfaat. Produsen rokok saja jujur mengakui, bahwa Merokok Dapat Mengakibatkan Impotensi, Jantung, Cacat hamil. Tapi mengapa jumlah perokok makin hari makin meningkat? dan hampir seluruh perusahaan rokok maju pesat?

Jawabannya jelas mereka pandai mengemas “bencana” seakan gaya, penyakit seakan “Gate Exit”, wabah seakan “hidup wah”, atau racun seakan “Limun”. Perhatikan iklan-iklan rokok: Gak Ada Loe Gak Rameee! Jagoan itu Bukan yang Sok Jago! Nyalakan Merahmu! Pria Punya Selera! atau iklan-iklan lain yang sangat menarik sarat dengan unsur-unsur yang sesuai dengan karakter pasarnya, yaitu: laki-laki, usia muda, orang-orang sederhana, menghargai kebersamaan, tingkat sosial yang tinggi, berjiwa petualang.

Bahkan di beberapa iklan rokok, kesan indah iklan rokok mengalahkan iklan “Visit Indonesia”. Iklan sebuah rokok berinisial DJ-S lebih banyak menggambarkan sisi keindahan alam Indonesia yang belum banyak diekplorasi seperti bermain ombak di sungai Kampar, Menyusuri bagian dalam Goa Jomblang di Yogyakarta, Bermain air dan saling berkejaran dengan kuda di Lapopu Sumba, dll. Dengan back sound Musik yang hebat menambah kekuatan iklan ini sebagai iklan terfavorit. Pada awal iklan rokok ini, kita dapat mendengar backsound yang biasa digunakan untuk membuat iklan film berdurasi pendek. Backsound ini terdengar begitu menegangkan di awal iklan. Iklan ini diawali dengan kalimat Indonesia is Home, to The Most Powerful Forces of Nature. Kekuatan alam Indonesia juga dibeberkan di sini seperti api dengan gunung berapi, air dengan peselancar di ombak pantai, bumi dengan bebatuan, dan udara. Ketiga laki – laki muncul sebagai petualang muda yang bersahabat. Setelah itu muncul kalimat, “You Are Invited to Witness, The Power, Explore, The Mystery, and Discover The Forces of The Next Great Adventure, Coming Soon.

Wajar jika jumlah perokok mengalahkan pendukung khilafah-syariah atau lebih banyak daripada pendukung partai Islam di negeri ini. Data Depkes tahun 2011 menegaskan, jumlah perokok aktif di Indonesia melebihi angka 60 juta jiwa. Dengan total konsumsi 65 Triliyun/pertahun. Bayangkan jika rokok itu disambung satu persatu, maka saya yakin bisa mengelilingi bumi.

Lalu apa hubungannya antara perjuangan syariah-khilafah dengan iklan rokok? Sebelum ada yang menuduh “Qiyas Ma’al Faariq” atau analogi apple to apple, atau analogi cacat. Saya katakan, kita yang katanya pejuang syariah-khilafah harus belajar MENGEMAS dakwah kita agar bisa diterima khalayak luas.

Bandingkan kosa kata pejuang syariah-khilafah dengan kosa kata yang digunakan iklan. Kita akan menemukan, bahwa ternyata sebagai da’i kita tak jauh beda dengan PENCACI, malah lebih buruk lagi:
Akankah objek dakwah kita akan menerima saat kosa kata yang terlontar adalah:
“Kafir …
Musyrik …
Anjing Amerika …
Thogut …
Penjilat …
Ahli neraka …
dan lain-lain yang terlalu memilukan dan memalukan.
Singkat kata, dakwah itu erat kaitannya dengan kemasan, perlu keahlian menyampaikan. Jika salah mengemas dan menyampaikan, maka relakan bila kita kalah oleh praktik-pratik yang diharamkan.

https://www.islampos.com/perjuangan-syariah-khilafah-dan-iklan-rokok-50281/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar