Senin, 03 Juli 2017

KHALIFAH, BERSAUDARA

KHALIFAH, BERSAUDARA

Suatu hari, 'Uyainah ibn Hishn Al Fazari dan Al Aqra' ibn Habis At Tamimi menghadap Sayyidina Abu Bakr Ash Shiddiq. "Berikan pada kami hak harta dari Baitul Maal sebagaimana yang biasa diberikan Rasulullah", desak mereka.


Ya, di masa Rasulullah mereka termasuk orang-orang yang "dibelai hatinya" agar tertarik pada Islam dengan harapan nantinya kian bersungguh-sungguh beriman. Rasulullah amat dermawan pada mereka.Maka Abu Bakr menulis surat ketetapan yang ditujukan pada penanggungjawab Baitul Maal, 'Umar ibn Al Khaththab. Dengan bersemangat, kedua pemuka dari Fazarah & Tamim itu menemui Sayyidina 'Umar.


Menerima surat itu, 'Umar membaca sejenak, memandang kedua pemimpin itu dengan tajam, lalu merobek nawala ketetapan Abu Bakr itu menjadi serpihan kecil. Kedua pemimpin itu terkejut dan saling pandang tak mengerti."Pergi kalian", ujar 'Umar keras, "Tak ada lagi bagian dari Baitul Maal ini yang menjadi hak kalian.

"Tergopoh menghadap kembali pada Abu Bakr, mereka menggugat, "Kami tak mengerti. Sebenarnya yang jadi Khalifah itu engkau atau 'Umar? Kau memutuskan dan 'Umar membatalkan bahkan merobeknya."

Mendengar itu Abu Bakr tertawa renyah. "'Umar adalah Khalifah", ujar beliau, "Pada kapanpun dia mau."

Demikianlah setelah Iman, dalam Islam, ilmu menempati kedudukan begitu tinggi. Jika Abu Bakr disebut Nabi punya bobot iman mengalahkan seluruh manusia di dacing timbangan, mimpi Rasulullah tentang 'Umar di antaranya adalah tentang semangkuk susu. "Aku meminumnya dari sebuah wadah hingga kenyang dan terasa merasuk hingga kuku", kata beliau, "Lalu kuberikan pada 'Umar dan dia meminumnya hingga habis."

"Apa takwilnya ya Rasulallah?", tanya para sahabat. Beliau menjawab, "Ilmu".

Maka Abu Bakr senantiasa mendengar pendapat 'Umar dalam berbagai soal. Sejak awal, Abu Bakr dalam khuthbahnya yang memukau di Saqifah Bani Sa'idah setelah wafatnya Rasulullah menominasikan 'Umar disusul Abu 'Ubaidah ibn Al Jarrah menjadi Khalifah. Keduanya gemetar berkeringat dingin dan tempias, gigi Abu 'Ubaidah yang ompong sejak Perang Uhud karena mencabut cincin penusuk pelipis Rasulullah.

"Engkau lebih utama dariku", sergah 'Umar dengan mata berkaca-kaca. "Tapi kau lebih kuat dan berilmu", sahut Abu Bakr. "Kekuatanku akan menjadi pendukung keutamaanmu", ujar 'Umar, "Ulurkan tanganmu, kami akan membai'atmu."


Kalau Ustadz @felixsiauw amat rindu Khilafah; rindu saya pada Abu Bakr & 'Umar dalam suasana di atas yang mempertemukan kami di Panggung Utama Islamic Bookfair Istora Senayan, Ahad jam 10.00 insyaaLlah. Hadir ya :)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar