Senin, 03 Juli 2017

POST HOC ERGO PROPTER HOC

POST HOC ERGO PROPTER HOC
Oleh: @salimafillah

Dalam telaah tentang logika, "post hoc ergo propter hoc" adalah salah satu jenis kesalahan berfikir yang amat perlu dibenahi. Secara harfiah istilah ini berarti, "Sesudah itu maka karena itu."


Alih-alih mempertimbangkan berbagai faktor yang menjadi penyebab suatu hal, sesat fikir ini malah melihat urutan kejadian sebagai sebuah hubungan pasti sebab akibat. Polanya adalah (B terjadi sesudah A), maka (B terjadi karena A).

Contoh yang mudah adalah "matahari terbit sesudah ayam berkokok", maka "matahari terbit karena ayam berkokok." Tentu dalam kehidupan sehari-hari banyak kesalahan logika dengan pola ini, hanyasanya biasanya tersamarkan oleh "siapa yang mengatakan", atau "belum ditemukannya alasan lain."

Adalah Rasulullah dengan sangat indah mencegah "post hoc ergo propter hoc" ini dari ummatnya pada sebuah kejadian duka cita. Ketika itu, putra yang amat disayanginya, penyejuk mata beliau di masa begitu padatnya dakwah dan jihad beliau, Ibrahim yang lahir dari rahim Mariyah Al Qibthiyah wafat. Tepat beberapa saat kemudian, terjadilah gerhana. Maka orang-orang berkata, "Gerhana ini terjadi karena meninggalnya Ibrahim."

Maka beliau bergegas meluruskan. “Sesungguhnya matahari dan bulan adalah dua dari tanda-tanda kekuasaan Allah. Terjadinya gerhana matahari atau bulan bukanlah karena kematian seseorang atau kehidupannya. Maka jika kalian melihatnya, berdoalah kepada Allah, bertakbirlah kepada-Nya, bershadaqahlah, dan shalatlah.” (HR Al Bukhari & Muslim)

Demikianlah justru bagi mukminin, semua peristiwa alam adalah penanda yang makna pertamanya adalah menguatkan kehambaan kepada Allah. Sungguh ia harus disikapi dengan dzikir & tafakkur, lalu kesimpulannya, "Duhai Pencipta, Pemelihara, Pemberi Rizqi, Penguasa, & Pengatur segala urusan kami; tidaklah Engkau ciptakan semua ini dengan sia-sia. Maha Suci Engkau, maka peliharalah kami dari api neraka."


Dari Aisyah Radhiyallahu 'Anha, beliau berkata: “Pernah terjadi gerhana matahari pada zaman Rasulullah . Rasulullah lalu mendirikan shalat bersama orang banyak. Beliau berdiri dalam shalatnya dengan memanjangkan berdirinya, kemudian ruku’ dengan memanjangkan ruku’nya, kemudian berdiri dengan memanjangkan berdirinya, namun tidak selama yang pertama. Kemudian beliau ruku’ dan memanjangkan ruku’nya, namun tidak selama rukuknya yang pertama. Kemudian beliau sujud dengan memanjangkan sujudnya, beliau kemudian mengerjakan rakaat kedua seperti apa yang beliau kerjakan pada rakaat yang pertama. Saat beliau selesai melaksanakan shalat, matahari telah nampak kembali. Kemudian beliau menyampaikan khutbah kepada orang banyak. (HR Al Bukhari & Muslim)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar