Kamis, 06 Juli 2017

DHIYAFAH

DHIYAFAH
@salimafillah

Salah satu sisi sejarah Makkah adalah sejarah dhiyafah, sejarah penyambutan dan pelayanan tamu yang amat penuh kedermawanan.



Pada masa jahiliyah, sebuah kedermawanan yang dianggap terlalu dahsyat dapat melahirkan sesembahan baru. Contohnya adalah Al Latta. Sebuah riwayat menyebut, dialah orang yang senantiasa membuka lebar pintu rumahnya bagi para tetamu Masjidil Haram, memberi mereka jamuan terlezat dari roti dan daging-dagingan, juga air sejuk dan buah-buahan.


Ketika 'Amr ibn Luhai Al Khuza'i memperkenalkan agama berhala pada ahli Makkah setelah kunjungannya ke Syam, orang-orang Makkah tak lupa pada Al Latta. 'Amr berkata, "Kita manusia rendah, tak punya nilai untuk meminta langsung pada Allah Sang Pencipta. Maka mintalah pada mereka yang dekat padaNya saja, agar mudah hajat kalian dikabulkan. Ini aku bawakan patung Wadd, Suwa', Yaghuts, Ya'uq, dan Nasr; orang-orang shalih dari kaum Nuh."

“...Dan orang-orang yang mengambil pelindung selain Allah berkata: “Kami tidak menyembah berhala-berhala itu, kecuali supaya mereka mendekatkan kami kepada Allah sedekat-dekatnya.” (QS Az Zumar [39]:3)

Sebagian penduduk Quraisy Makkah mengatakan, "Kami punya Al Latta. Kami akan menyembah dia saja."

Sejarah dhiyafah kota Makkah terus berlanjut, dan kakek buyut Nabi yang bernama Hasyim ibn 'Abdi Manaf tercatat dengan tinta emas dalam sejarah dhiyafah. Hasyim, nama itu sendiri berarti yang meremuk, sebab dia suka meremukkan roti di atas lauk daging berkuah untuk menjamu tamu-tamunya.

Ya, keluarga Hasyim tak sekaya para pemuka suku lain, tapi dalam kedermawanan mereka adalah juara. Dhiyafah mereka jamuannya bersahaja, tapi tamu yang memilih rumah mereka untuk singgah melampaui semua kabilah. Putra Hasyim, Syaibah yang lebih dikenal sebagai 'Abdul Muthalib meneruskan kedermawanan ayahnya, dan dengan penemuan kembalinya akan mata air Zam-zam dan pusaka Quraisy yang terkubur, kepemimpinan tertinggi kota Makkah digenggamnya.

Dhiyafah di Makkah bukan sembarang dhiyafah. Yang mereka sambut dan layani bukanlah tamunya sendiri, melainkan Dhuyufur Rahman, tetamu Allah Yang Maha Pengasih.

Tempo hari kami dan Akhinda Rizaldy Latif dari Jejak Imani, Kang Daan Aria, Gurunda Ustadz 'Atieq Syarief, Akhinda Ustadz Muhammad Hafidz, dan Akhinda Ustadz Muammar dijamu Kabsyah Unta Muda oleh alumni Gontor yang dipercaya menjadi Manajer Zam-zam Tower Makkah, Ustadz Muhammad Martin. JazaahuLlaahu khayran.


Semoga kian banyak di antara saudara dari Nusantara menjadi para pelayan tamu Allah, melanjutkan tugas gemilang dhiyafah pada tamu-tamu Ar Rahmaan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar