Jumat, 28 Juli 2017

KEAJAIBAN DOA IBU


Yaa Allah, muliakan, sayangi, ampuni, berkahi, semua ayah dan ibunya kawan-kawan, dan ayah ibunya segenap muslim dan muslimah, di semua buminya Allah.


Doa ibu itu MaasyaaAllah. Kawan-kawan yang masih ada ibu, banyak-banyak minta doa. Ibu-ibu yang masih pada ada umurnya, diminta atau tidak, banyak-banyak doain anaknya.

Teringat awal-awal ngonsepin Patungan Usaha, yang berkembang jadi koperasi sekarang ini. Dulu waktu di awal-awal saya ngetweet, saya masih belum tau mau apa.


Saya cuma melihat, sayang amat, orang-orang kecil, pada ngumpul, tapi yang pada untung orang-orang besar. Orang-orang besar untung gapapa, asal ajak-ajak yang kecil.

Orang-orang miskin, orang-orang kecil, yang pada biasa aja, pada bantu orang kaya. Yakni tatkala duitnya mereka-mereka disalurkan jadi modalnya orang kaya.

Sebenarnya, gapapa juga. Toh jika dipakai benar, orang-orang kecil pada kerja, pada bisa ikutan ngais rizki.

Tapi saya ngajuin usul, gimana kalau derajat orang-orang kecil, para pekerja, para buruh, mereka yang miskin, diangkat. Dengan menjadikan mereka juga sebagai owner.

Lahir lah di tahun 2012 ide Patungan Usaha. Orang-orang pada ngumpulin duitnya, dengan modal trust atau kepercayaan.

Saya yang belum sempurna dan belum menyempurnakan, diamanahi uang yang tidak sedikit. Sedang saat itu, pilihan usaha belum lah manteb.

Saat itu adik saya ngasih tahu,Agar saya minta doa ke ibu. Jedder! Saya jadi istighfar kelalaian saya.

Iya ya? Kenapa ga ke ibu?

Lalu saya ke ibu. Saya ceritain bahwa pengen banget ngajak jamaah, masyarakat, usaha. Ibu malah minta dianter ke keluarganya.

Selang beberapa hari, dengan izin Allah, saya nganter ibu. Nah, di sanalah opportuniti hotel haji dan umrah di bandara Soekarno Hatta, terbuka.

Adik saya nyenggol saya. “Tuh Ka…”, katanya. “Baru nganter ibu aja, udah dapet hotel…”. Saya tersenyum. “Iya. Ajaib.”

Akhirnya Patungan Usaha, terus bergulir. Di tengah cibiran orang-orang yang lebih pinter, lebih ngerti, saya jalan aja terus dengan doa ibu.

Dulu, pas makamin ibu, hadir Pak Ridwan dan Pak Basari, dari Horison manajemen hotel. Saya nangis.

Saya bilang ke beliau berdua, bahwa hotel ini, adalah juga amanah ibu, selain doanya ibu. Jadi kita kudu berhasil. Apalagi amanah orang juga.

Meski ibu udah ga ada. Tapi saya yakin, amal ini akan terus ngalir ke ibu. Ratusan orang bakal kerja di hotel ini. Bukankah ini juga amal?

Belom lagi rantai ekonominya. Suplier-supliernya, tetangga kanan kirinya, dan berkah-berkah dari tamu-tamu yang pada mau haji dan umrah.

Ibu sudah ga ada. Tapi doanya mudah-mudahan nempel terus di anaknya ini, dan kawan-kawan semua. Secara saya tau, ibu seneng doain kawan-kawan juga. Dan saya mintakan.

Mudah-mudahan koperasi yang didirikan dan dikembangkan, besok punya kemudahan pendaftaran dan pembayaran atau transfer keanggotaan.

Soal amanah, rasanya saya ga punya motivasi buat kaya dari koperasi atau sejak masih namanya Patungan Usaha. Allah dah cukupin saya.

Semoga dengan begini, amanah orang terjaga. Bukannya apa. Kalo soal amanah, soal niat. Sistem kayak apapun, kalo niatnya jelek, ya ancur.

Dulu di antara sekian bisikan saya, ke ibu, sebagai janji, selain mahkota Quran, dan lain-lain, saya pun bisikkan soal ekonomi, he he.

Aneh emang. Kayak ga nyambung. Tapi saya mau ibu saya menjumpai saya di akhirat sana, dalam keadaan saya dibangkitkan sebagai orang yang amanah.

Salam hormat buat kawan-kawan semua. Terima kasih ibu… Kami tidak akan pernah dan melupakan semua jasa dan nasihat ibu. Dari anakmu, Yusuf Mansur.

Siapa yang sudah ditinggal ibu? Habis ini, saya doakan khusus untuk semua ibu yang sudah berpulang. Secara saya tau, doa itu akan balik ke ibu saya.


Yusufmansur.com

Repost by ngajibarengYM

Tidak ada komentar:

Posting Komentar