Rabu, 22 April 2015

Sebelum Kaum Sunnah Bertekuk Pasrah


By: Nandang Burhanudin

Sepanjang sejarah, bangsa Arab pra-Islam hanya satu kali mampu mengalahkan bangsa Persia. Yaitu dalam perang Dzi Qar di garis perbatasan Irak-Iran. Selanjutnya, Persia benar-benar takluk di bawah komando Amirul Mukminin Umar bin Khatthab r.a. dalam sebuah pertempuran yang masyhur perang Al-Qadisiyah, saat kabilah-kabilah Arab bersinar terang dengan cahaya Islam dan Nubuwwah Rasulullah Muhammad saw.

Saat bangsa Arab kembali ke era Jahiliyah, sedikit banyak telah melupakan tuntutan baginda Rasul dan menyingkirkan cahaya Islam. Bangsa Arab yang kemudian disebut sebagai Kaum Sunni, tak lagi mampu berdiri tegak menghadapi kekuasaan Persia (Iran kini). Iran menjadi negara pensuplai logistik bagi pasukan Koalisi Salib saat menggempur Afghanistan. Iran pula yang mensuplai minyak dan logistik saat AS-Koalisi Zionis-Salibis menggempur Saddam Husain, hingga Irak jatuh. Kini bekas ibu kota Khilafah dikuasai Syiah: Baghdad dan Damaskus, porak poranda tak ada lagi yang tersisa. Kini yang tersisa adalah Madinah dan Mekkah. Pusat turunnya Islam dan dakwah baginda Rasul, setelah tempat Isra-nya baginda dikuasai Yahudi.


Koalisi Yahudi-Syi'ah-Salibis telah diprediksi SYaikhul Islam Ibn Taimiyah 500 tahun lalu. Dalam Minhajus Sunnah, jilid 3, halaman 337-338, Ibn Taimiyah mengatakan, "Jika Yahudi memiliki negara di Irak dan lainnya, maka kaum Rafidhah (Syiah) akan menjadi penolong terbesarnya (koalisi agungnya). Syiah selalu membeirkan loyalitas kepada kaum musyrikin, Yahudi, Nasrani, dan menjadi penolong mereka memerangi orang-orang Muslim."

Yang menjadi masalah adalah, mengapa bangsa Arab Sunni terutama para penguasanya melupakan fakta sejarah di atas? Mereka diam seribu bahasa saat kaum Sunni di Iran dan Irak digantung setiap harinya? Bangsa Arab Sunni pun abai terhadap perilaku Iran yang menjajah tiga pulau milik Emirates Arab. Pun bangsa Arab Sunni malah menjadi "budak" yang mudah diatur oleh AS-Inggris yang notabene kepanjangan tangan dari Yahudi-Salibis?

Saya tak pernah tertarik berkunjung ke Iran. Hanya Iran mampu menampilkan "jati diri" sebagai Republik Islam. Wanita-wanitanya berhijab panjang hitam. Kaum laki-lakinya berpenampilan sederhana. Para pemimpinnya menampilkan kebersahajaan. Kader-kader muda Iran digodok untuk mandiri dan mampu mencuri ilmu sains teknologi dari Barat. Kedok yang cukup menjadi penggoda kaum Sunni awam, untuk mudah direkrut dan dikader. Lalu apa yang ditampilkan para pemimpin dan generasi muda Bangsa Arab Sunni? Borjuis, permisif, jauh dari sains dan teknologi. Jika pun berdakwah, maka dakwah yang disampaikan jauh dari cinta. Acap menyalah-nyalahkan siapapun yang berbeda.

Oleh karena itu, kesesatan Syiah ditutupi dengan tampilan luar yang wah. Negaranya saja, Republik ISLAM. Sejak revolusi Khumaeni, Iran satu-satunya negara yang berani menantang AS-Israel. Walaupun kita pun tahu, semua hanya kamuflase dan atas restu AS-Isreal. Lalu apa yang terjadi dengan negara-negara Sunni, semuanya anti-demokrasi, penguasanya diktator, rakyatnya ditindas penguasanya sendiri, berkuasa seumur hidup, dan membebek AS-Barat. Sementara umatnya diarahkan menjadi "juru parkir" dan "juru koar" yang tak produktif dan jauh dari inovatif.

Jadi, perilaku inilah yang membuat Syiah Iran makin jaya dan jumawa. Kembali ke perkataan Syaikhul Islam Ibn Taimiyah, saat Yahudi memiliki negara. Maka peran Syiah akan sangat besar. Jadi perang Bangsa Arab Sunni tehadap Syiah Houtsi, adalah perang yang akan menyedot energi Bangsa Arab Sunni. Sebab faktanya, kini AS-Israel melelang negara-negara Teluk untuk hancur binasa. Setelah mereka berbagi-bagi kue di Irak, Syiria, Palestina, Afrika, Mesir. Maka mereka pun tak akan ragu, mengeringkan negara-negara Teluk untuk kemudian kembali mengembala kambing. Semoga sadar!

Pasted Form: Laman facebook ust. Nandang Burhanudin https://www.facebook.com/aufainternational
19 April 2015



Tidak ada komentar:

Posting Komentar