Senin, 31 Agustus 2015

Islam Nusantara dan Kejahatan Transnasional


By: Nandang Burhanudin 
****
Sedari awal kita patut menolak, pengkotakan Islam berdasarkan jazirah, suku, geopolitik, ataupun kebangsaan. Nama-nama seperti Timur Tengah, Balkan, Asia Tengah, dan seterusnya hanyalah rekayasa penjajah untuk membumihanguskan Islam dari peredaran.
Termasuk salah satunya, sebutan Islam Nusantara. Jika muslim yang berada di nusantara itu berbeda dengan muslim yang di jazirah Arab atau Timur Tengah. Itu adalah fakta dan bagian dari kekayaan umat Islam sendiri. Namun jika yang dimaksudkan Islam Nusantara adalah antitesis dari Islam Arab dengan lebih spesifik Islam yang bersumber dari kemurnian Al-Quran dan Sunnah, maka wajib ditolak.

Contoh. Tradisi mudik, halal bihalal, lebaran ketupat, parcel Idul Fitri adalah khas Muslim Nusantara. Di negara-negara Arab hal itu tidak ditemukan. Namun menjadikan Muslim Nusantara mengubah cara ibadahnya yang sudah qath'i dan spesifik dituntun AlQuran dan Sunnah, maka hal ini tak lebih dagelan sekularisasi.
Titik krusial adalah, adanya 2 kitub yang bertolak belakang. Wahabi yang diidentikkan dengan menjadikan Islam segala berbau Arab vis a vis dengan Muslim Indonesia yang kental tradisi dan budayanya. Wahabi misalnya membid'ahkan ucapan minal'aaizin wal faaizin, halal bihalal, termasuk ucapan mohon maaf lahir batin. Sementara Muslim Nusantara berlebihan dalam menjalankan tradisi. Acara gerebeg Sawal, sekatenan, memandikan keris atau kereta kencana, adalah hal yang tak ada hubungannya dengan Islam.
Namun polarisasi pemahaman nampak ditunggangi kaum Syiah, SEPILIS, aliran sesat. Targetnya menjauhkan Islam dan umat Islam nusantata, dari dunia ekonomi, budaya, politik, dan panggung kekuasaan. Maka visa dipahami ketika Wahabi itu dikonotasikan dengan ormas, orpol, LSM yang anti Syiah, anti Ahmadiyah, dan anti hegemoni penjajah. Sedangkan Islam Nusantara dirancang menjadi milik NU. Tapi NU yang melenceng dari khitthah KH. Hashim Asyari.
Bagi saya, bukan karena Nusantara Islam ada. Tapi justru karena Islam, Nusantara ada. Kita tolak paham Wahabi yang selalu rigid dan jauh dari fiqh dakwah. Sebagaimana kita tolak pahal Islam Nusantara yang Liberalis, Sekularis. Kita dukung Islam di Nusantara yang dinamis, aktual, moderat, dan jauh dari anarkisme yang baru saja dipertontonkan komunitas Muslim yang paling Nusantara itu.
Jombang, 7 Agustus 2015
Pasted Form: Laman facebook ust. Nandang Burhanudin https://www.facebook.com/aufainternational
06 Agustus  2015


Tidak ada komentar:

Posting Komentar