Sabtu, 29 Juli 2017

DUA HENTAKAN IMAN



Dinukil dan diselia dari
"Dua Hentakan Iman"
Salim A. Fillah, 2013

***


"Ya Rabb kami, sungguh telah kutempatkan sebagian keturunanku di lembah yang tak bertanaman didekat rumah-Mu yang dihormati. Ya Rabb kami, agar mereka mendirikan shalat. Maka jadikanlah hati sebagian manusia cenderung kepada mereka, dan karuniakan pada mereka rizqi dari buah-buahan.Mudah-mudahan mereka bersyukur" (Q.s. Ibraahiim [14]:37)

***


Maka begitulah. Jalan cinta pejuang selalu meminta kita memahkotai cinta dengan iman bercahaya. Ibrahim, kekasih Allah itu membuktikan cintanya. Demikian pula Hajar isterinya. Kalimatnya menjadi proklamasi iman sepanjang masa. “Kalau ini perintah Allah, sekali-kali Dia takkan pernah menyia-nyiakan kami". Inilah perasaan hati yang bergejolak menjadi keteguhan. Perasaan yang menggantungkan diri pada Dzat Maha Tinggi, hingga melesat meloncati emosi-emosi. Inilah iman.Tentu kita bisa membayangkan, sangat manusiawi jika Hajar tak terima ditinggalkan begitu saja di gurun terik tanpa tumbuhan, tanpa makan, tanpa kawan. Atau jika cemburu menguasainya lalu ia berkata, “Oh, jadi kau tinggalkan kami di sini karena Sarah yang mandul cemburu padaku! Jadi kini kami disia-siakan sementara kau akan bersenang-senang dengan isterimu yang lain”

Subhanallah. Tentu saja Ibunda Hajar jauh dari akhlak semacam ini. Tapi mari kita berandai-andai untuk menunjukkan bahwa apa yang dilakukan Hajar bukanlah perkara yang mudah. Sama sekali tidak mudah. Dan jika keberatannya yang manusiawi itu ia turutkan, tentu kita tak mengenal zamzam, tentu tak ada sai antara bukit Shafa dan Marwa, tentu tak ada lempar jumrah, dan tak ada ibadah kurban. Dan kita pun mungkin urung menambah lafaz shalawat kita pada sang Nabi dengan, "Kamaa shallaita alaa Ibraahiim, wa alaa Aali Ibraahiim...”

***

Atau pernahkah kita membayangkan ada versi lain dari kisah Hanzhalah yang dimandikan malaikat: Panggilan jihad itu tentu sangat menyentak bagi sepasang suami isteri yang baru tadi sore berwalimah. Nah, bagaimana jika di malam pertama itu sang isteri merajuk berkata, “Kakanda sayang.. Ini kan malam pertama kita. Pasti Allah dan Rasul-Nya memaklumi dan akan memberimu dispensasi.” Hanzhalah, shahabat Rasulullah itu memang gemilang melalui malam pertamanya. Membersamai isteri, sekaligus menjemput bidadari dengan syahid. Maka malaikat memandikannya untuk bertemu sang bidadari, karena ia belum sempat mandi selepas membersamai sang isteri.

“Kakanda sayang.. Ini kan malam pertama kita. Pasti Allah dan Rasul-Nya memaklumi dan akan memberimu dispensasi..." Subhanallah, betapa luar biasa kekuatan kalimat ini. Ya, karena kalimat ini sangat pantas, sangat wajar, sangat manusiawi. Mari kita berandai-andai lagi, dan kita akan temukan apa yang dilakukan Hanzhalah danisterinya bukanlah hal yang mudah. Sama sekali tidak mudah. Jika Hanzhalah gagal memahkotai cintanya dengan iman, tentu tak ada kisah malaikat memandikan jenazah manusia.

***

Para mukminah yang ditinggal suaminya berjihad di perang Tabuk itu juga dihadapkan pada ujian iman. Inilah Jaisyul Usrah, pasukan yang penuh kesulitan. Meninggalkan keluarga dalam ketidakmenentuan, cuaca yang ganas, juga bekal dan simpanan yang tipis. Wanita-wanita munafik pun datang, bagaikan setan-setan perempuan yang penuh cinta dan perhatian. “Bu.. Kok tega, ya suami Ibu ninggalin di saat-saat semacam ini. Cuaca ganas, panen tak menentu, situasi sulit, anak juga masih kecil-kecil. Ah, begitulah kadang laki-laki. Eh, ngomong-ngomong, Ibu juga kok mau-maunya sih ditinggal pergi: Kalau saya pasti nggak mau, keadaan lagi susah begini..."


"Innama dzahabal Akkal", sahut para mukminah lagi shalihah itu, "Wa baqiya Ar Razzaq." Ah, cerdas sekali. Untuk orang munafik memang harus dipilih kalimat menghunjam, qaulan baliigha. Dalam bahasa kita, kira-kira para shahabiyah itu berkata, “Bu, yang pergi itu tukang makan. Kalau di rumah ngabis-ngabisin jatah. Yang Maha Pemberi Rizqi tetap bersama kami.” Apakah mereka tak mencintai suami dan merasa terbebas dari beban ketika lelaki-lelaki itu pergi: Bukan. Cinta itu sangat dalam https://t.me/salimafillah/961

Tidak ada komentar:

Posting Komentar