Rabu, 19 Juli 2017

Ga Nyadar dan Ga Tau



Ga Nyadar dan Ga Tau

by @Yusuf_Mansur



"Sesat tapi hati lega. Sesat tapi hati  tentrem. Sesat tapi hati bahagia...?

Sudah begitu gelapkah hati kita?"

(@Yusuf_Mansur).


Apa-apa kalau tidak belajar, emang juga bisa tidak tahu. Tapi salah belajar, juga bisa semakin tidak tahu. Ketika belajarnya adalah belajar yang salah. Atau belajar sama yang salah.Misal, mencuri... Mencuri adalah perbuatan salah. Tapi ketika belajar bahwa "Toh kalau Allah membiarkan kamu mencuri, maka itu adalah Kehendak-Nya", maka tak apa. Maka tentu saja hal ini tidak bisa dibenarkan.



Belajar bahwa "bersetubuh, bersenggama, adalah kebutuhan asasi manusia. Silahkan saja. Lakukan. Jangan halangi dirimu melakukannya. Yang penting jangan lupa. Pake kondom. Pake pengaman. Supaya kamu tidak kena penyakit. Mainlah dengan safety." Tentu saja ini juga TIDAK DAPAT DIBENARKAN". Salah belajar. Salah ngajar.


Banyak lagi hal lain yang terjadi di masyarakat. Keliatannya bener. Ga taunya sesat. Salah. Tapi hari ini terasa kita ga boleh menyalahkan. Apalagi menganggapnya sesat. Sampe akhirnya manusia merasakan dampak keburukan dan kejahatan sesuatu yang salah dan yang sesat, dibiarkan.


Hari ini banyak sekali yang keliatannya indah. Tapi ternyata jelek sekali. Rusak sekali. Parah akibat buruknya dan meruntuhkan keindahan asli yang sudah diberikan Allah.


Tapi gegara ga ada petunjuk. Ga nyari petunjuk. Ga mendapatkan petunjuk... Dari Yang Maha Benar. Yang Maha Menjaga. Yang Maha Memiliki Kebenaran. Maka kemudian keindahan palsu itu diterjang. Dijalankan. Dilakukan.


Akhirnya, ketika keindahan itu kemudian tampak kebobrokannya, barulah terasa busuk dan baunya. Menyesal, bisa jadi berguna. Selama masih ada umur dan ada kesempatan dan izin untuk memperbaikinya. Nah yang harus dipikir, jika diri sendiri yang rusak,  yang merasakan kerusakan, maka ia bisa jadi bisa mengubah dirinya.


Tapi sebagai manusia sosial, ia juga kudu mikirin dampaknya jika ternyata ia sudah merusak diri orang lain. Apalagi jika kerusakan itu masif. Ia misalnya, mengajar, mengajak, mendorong orang, untuk melakukan "keindahan", yang menurut hawa nafsunya indah. Lalu orang lain melakukan. Dan "mereferensikan" lagi keindahan palsu itu kepada yang lain... Nah... Ia juga harus ga selamat sendiri. Harus juga mestinya, menyelamatkan yang lain.


(Bersambung...)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar