Minggu, 02 Juli 2017

GOETHE: Pencinta Muhammad, Quran, & Islam

GOETHE: Pencinta Muhammad, Quran, & Islam

"Andai sang mata tiada bersifat mentari/ mentari tak sanggup dilihat olehnya./ Andai dalam diri tiada daya Ilahi/ bagaimana keilahian sanggup gairahkan kita?" (Goethe, West–östlicher Divan)


Petikan dari Mukadimah Diwan karya penyair terbesar Jerman, Johann Wolfgang von Goethe ini mewakili keindahan rasa bahasanya yang termasyhur. Kemarin, kunjungan kami ke Goethe Haus di Frankfurt, mengukirkan pengalaman yang takkan terlupa.


Perdebatan besar terjadi antara berbagai pihak; benarkah Goethe telah berislam? Antara pendukung & penentang berdalil dengan kutipan syair yang ditulisnya. Tapi pribadi Goethe sebagai pencinta Muhammad, Quran, & Islam tak terbantah dari bait-bait ini:

"Jesus merasa murni dan dengan lembut berpikir/Hanya Satu Tuhan/Siapa yang menjadikan dia sebagai sesembahan/telah menghina kehendak suciNya/Dan karenanya kebenaran harus memancar/seperti apa yang juga telah dicapai oleh Muhammad;/Hanya dengan kalimat “Ahad: Yang Satu”/Dia menguasai seluruh dunia/. (Goethe, West–östlicher Divan)

"Apakah Al Quran abadi?/ Itu tak kupertanyakan!/ Apakah Al Quran ciptaan?/ Itu tak kutahu!/ Bahwa ia kitab segala kitab, sebagai muslim wajib kupercaya." (Goethe, Das Schenkenbuch)

“Alangkah bodohnya, jika seseorang dalam hal kesemuanya / memuja-muji pendapatnya sendiri / sedangkan Islam berarti, kepada Tuhan sepenuhnya berserah diri / maka sesungguhnya kita semua ini, dalam Islam kan hidup dan mati.” (Goethe, Buch der Spruze)

Hari ini barangkali banyak lagi pengagum kebenaran di Eropa, sebagaimana Goethe. Tapi barangkali pula, mereka masih akan terhalang dari cahaya Islam yang suci sebab gerhana pekat yang menghalanginya.

Gerhana itu boleh jadi adalah akhlaq kita sebagai muslim. Perihidup dan laku yang bagi mereka tampak jauh dari imaji nurani mereka tentang Muhammad, Shallallaahu 'Alaihi wa Sallam.Maka tugas kita amat sukar, atau juga mudah.

Terus gali fahaman akan kepribadian Rasulullah, meneladaninya sejauh kita dapat, dan menjumpai mereka yang tergerhana, berbincang memuliakan kebenaran dalam kerendahan hati yang mesra.Shalih(in+at), terus persiapkan diri & anak-anak kita tuk menyapa Goethe dan yang semisalnya.




telegram.me/salimafillah 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar