GOETHE:
Pencinta Muhammad, Quran, & Islam
"Andai
sang mata tiada bersifat mentari/ mentari tak sanggup dilihat olehnya./ Andai
dalam diri tiada daya Ilahi/ bagaimana keilahian sanggup gairahkan kita?"
(Goethe, West–östlicher Divan)
Petikan dari
Mukadimah Diwan karya penyair terbesar Jerman, Johann Wolfgang von Goethe ini
mewakili keindahan rasa bahasanya yang termasyhur. Kemarin, kunjungan kami ke
Goethe Haus di Frankfurt, mengukirkan pengalaman yang takkan terlupa.
Perdebatan
besar terjadi antara berbagai pihak; benarkah Goethe telah berislam? Antara
pendukung & penentang berdalil dengan kutipan syair yang ditulisnya. Tapi
pribadi Goethe sebagai pencinta Muhammad, Quran, & Islam tak terbantah dari
bait-bait ini:
"Jesus
merasa murni dan dengan lembut berpikir/Hanya Satu Tuhan/Siapa yang menjadikan
dia sebagai sesembahan/telah menghina kehendak suciNya/Dan karenanya kebenaran
harus memancar/seperti apa yang juga telah dicapai oleh Muhammad;/Hanya dengan
kalimat “Ahad: Yang Satu”/Dia menguasai seluruh dunia/. (Goethe, West–östlicher
Divan)
"Apakah
Al Quran abadi?/ Itu tak kupertanyakan!/ Apakah Al Quran ciptaan?/ Itu tak
kutahu!/ Bahwa ia kitab segala kitab, sebagai muslim wajib kupercaya."
(Goethe, Das Schenkenbuch)
“Alangkah
bodohnya, jika seseorang dalam hal kesemuanya / memuja-muji pendapatnya sendiri
/ sedangkan Islam berarti, kepada Tuhan sepenuhnya berserah diri / maka
sesungguhnya kita semua ini, dalam Islam kan hidup dan mati.” (Goethe, Buch der
Spruze)
Hari ini
barangkali banyak lagi pengagum kebenaran di Eropa, sebagaimana Goethe. Tapi
barangkali pula, mereka masih akan terhalang dari cahaya Islam yang suci sebab
gerhana pekat yang menghalanginya.
Gerhana itu
boleh jadi adalah akhlaq kita sebagai muslim. Perihidup dan laku yang bagi
mereka tampak jauh dari imaji nurani mereka tentang Muhammad, Shallallaahu
'Alaihi wa Sallam.Maka tugas kita amat sukar, atau juga mudah.
Terus gali
fahaman akan kepribadian Rasulullah, meneladaninya sejauh kita dapat, dan
menjumpai mereka yang tergerhana, berbincang memuliakan kebenaran dalam
kerendahan hati yang mesra.Shalih(in+at), terus persiapkan diri & anak-anak
kita tuk menyapa Goethe dan yang semisalnya.
telegram.me/salimafillah
Tidak ada komentar:
Posting Komentar