Minggu, 02 Juli 2017

KERETA API

KERETA API

Di sebuah kamar dalam Hotel Pera Palas di Istanbul, Agatha Christie menulis salah satu ceritanya yang paling masyhur, "Murder on The Orient Express." Kisah bagaimana Hercule Poirot memecahkan pembunuhan rumit di kabin mewah kereta api yangberlatar penculikan gadis cilik Daisy Armstrong ini bahkan telah dua kali diangkat ke layar lebar, 1974 dan 2001.


Orient Express memang legenda; simbol ketangguhan, kenyamanan, dan kemewahan perjalanan kereta api yang menghubungkan Istanbul-Paris-Calais-London. Rute antara Istanbul-Paris memiliki variasi antara lain Varna-Bucharest-Budapest-Vienna-Munich-Strassbourg atau Sofia-Belgrade-Venice-Milan-Lausanne.


Indonesia juga tidak akan melupakan perjalanan sebuah kereta api bersejarah pada 4 Januari 1946 dari stasiun kecil Pegangsaan Timur 56 menuju Tugu, Yogyakarta.Kereta api yang bergelap-gelap itu membawa Presiden, Wakil Presiden, para Menteri, & keluarga mereka. "Dengan diam-diam, tanpa bernapas sedikit pun, kami menyusup ke gerbong. Orang-orang NICA menyangka gerbong itu kosong," ujar Bung Karno dalam biografinya yang ditulis Cindy Adams.


Ya. Pada 2 Januari 1946 Sultan Hamengkubuwana IX mengirimkan kurir ke Jakarta dan menyarankan agar ibukota RI dipindah ke Yogyakarta. Beliau mengirimkan kereta sekaligus menyiapkan penyambutan kenegaraan di ketibaan. Hingga penyerahan kedaulatan 1950, Ngarsa Dalem menjadi penanggung anggaran negara dan segala keperluan Republik Indonesia hatta pun biaya rumahtangga para pemimpin yang berhijrah tanpa membawa apapun itu, seperti terungkap dalam buku 'Tahta Untuk Rakyat.' Dari Stasiun Utama (Frankfurt Hauptbahnhof), titip rindu untuk Yogyakarta. Semoga kita segera menggegas transportasi publik yang mentahtakan rakyat di sana.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar