Rabu, 05 Juli 2017

MENYEDIAKAN JALAN KEBAIKAN


PEMBACA yang saya hormati. Ini cerita tentang Haji Masa, seorang pedagang tanaman yang cukup sukses dan soleh. Belum lama ini ia menjalankan apa yang disebut sebagai menyediakan jalan-jalan kebaikan sebagai sarana mempersiapkan amal saleh yang tiada terputus hingga yaumil hisab.


Haji Masa membangun musala untuk umum di atas lahannya, di sebelah rumahnya. Menyatu dengan lahan kurang lebih 4000 meter yang ia jadikan tempat berjualan tanaman.


Kebetulan, tempat Haji Masa cukup strategis. Lokasi itu bisa menjadi tempat transit bagi pengendara mobil dan motor yang ingin menuju Bintaro. Makanya ia pun mendirikan Warung Soto Betawi. Sekalian, supaya orang bisa melihat-lihat dan membeli tanaman, makan dan kemudian, bisa salat. Atau meminjam bahasanya Haji Masa, tidak jarang orang sekadar melepas lelah di musala yang dibangunnya.

Saya juga senang salat di musalanya Haji Masa ini. Konsepnya musala Betawi. Natural banget. Di samping musalanya ada Kali Angke yang menambah kesan alami lahan sekitarnya. Apalagi memang Haji Masa ini pedagang tanaman, maka tempat itu semakin asri saja dilihatnya.

Haji Masa pun membangun tempat tinggal yang enak dipandang, sebab bergaya Betawi banget yang sudah lumayan jarang di tanah Betawi ini sendiri.

Ketika berbincang-bincang dengan Haji Masa, saya  menyatakan kekaguman. “Wah, Haj, antum mah sudah punya simpanan nih buat bekal di alam kubur.”

Maksud saya, musala yang dibuat oleh Haji Masa, inilah bekal tersebut. Dan inilah kekayaan yang sebenarnya. Kekayaan yang akan mendatangkan keselamatan buat kehidupan ini dan kehidupan setelah kematian menjelang.

Haji Masa nyengir, “Ah, ini mah biasa saja. Banyak yang lebih punya bekal ketimbang saya. Lagian saya bangun musala ini enggak sendirian kok. Banyak orang yang juga ikut terlibat.” Haji Masa merendah.

“Haj, Rasulullah pernah bilang, bahwa barangsiapa yang mendorong orang melakukan kebaikan, maka ia mendapatkan kebaikan seperti pelaku kebaikan tersebut, tanpa mengurangi pahala keduanya. Dan yang Haji bikin itu bukan sekadar mendorong orang untuk salat (karena bentuknya dan modelnya yang membuat orang betah salat), melainkan bisa menjadi jalan kebaikan. Membuat musala berati menyediakan lahan untuk orang salat. Dan pahalanya? Masya Allah, enggak akan berhenti sampai hari penghitungan kelak.”

TANGGUNG JAWAB

Adapun kaitannya dengan urusan tanggung jawab salat terhadap lingkungan, ada komentar Haji Masa yang cukup menarik. Kata Haji Masa; “Saya pernah kepikiran. Kita kan jadi orang Islam bukan buat sendiri, tapi gimana  caranya kita menjadi rahmatan lil’alamin.

Di antara artinya, bukan untuk keselamatan sendiri saja. Termasuk urusan salat. Saya tuh pernah mikir, saya ngajar nggak  bisa, saya mendorong orang salat juga nggak bisa, ya udah saya bikinin aja musala. Kebetulan emang di daerah sini belum ada musala buat transitan orang. Dengan cara begini, minimal saya sudah menunjukkan tanggung jawab ke Allah dan Rasul, bahwa saya ikut bertanggung jawab atas salatnya lingkungan sekitar saya. Minimal karyawan-karyawan saya. Syukur-syukur bila ada pelanggan atau tamu yang ingin membeli tanaman saya pun bisa ikut salat.”

Subhânallâh, saya bertambah kagum dengan jalan pemikiran Haji Masa. Memang, kata Rasul, kita bertanggung jawab bukan saja atas salatnya diri kita sendiri, tapi juga terhadap salatnya lingkungan di sekitar kita.

Apa yang dilakukan oleh Haji Masa nampaknya bisa kita tiru. Apabila saudara menemukan masjid dan mushala di sekitar lingkungan saudara sedang dibangun, bantu dengan apa yang bisa saudara bantu. Dan jangan hanya membantu, melainkan juga ikut memakmurkannya.

Semoga kita semua bisa ditakdirkan Allah punya jalan-jalan kebaikan sebagai bekal amal kita nanti di akhirat. (salam yusuf mansur/rf/o)


Repost by https://t.me/NgajiBarengYM

Tidak ada komentar:

Posting Komentar