Sabtu, 01 Juli 2017

NGOPI DI BUKIT MENOREH

NGOPI DI BUKIT MENOREH
-tentang sebuah Mushalla-

Oleh: @salimafillah

Di antara para pejuang, barangkali Teuku Umar yang pernah berucap lantang, "Singoh beungoh, besok pagi, geutanyo mandum akan minum kupi di Meulaboh.. Atau syaheed di jalan Allah.."


Inilah "ihdal husnayain" atau satu di antara 2 kebaikan bagi mujahid dari Aceh Barat itu; ngopi atau syahid. Dan Allah memilihkan gugur mulia di jalanNya tuk beliau pada tahun 1899 itu, rahimahullah.


"Kelezathan kupinya Thuan", kata Teuku Leubeh sang pengkhianat dalam film Tjoet Nja' Dhien (1988) garapan Eros Djarot saat menjawab Kolonel Van Heutsz, kala ditanya apa yang masyhur dari Aceh. Ini pula mungkin yang mengokohkan hubungan Nangroe dengan Daulah 'Utsmaniyah. Kopi Turki yang amat terkenal itu, yang paling istimewa dulunya dikirim Sultan dari kebun-kebun di Takengon.

Nah, izinkan bincang kopi ini saya geser dari perbukitan Gayo di ujung utara Sumatera ke Menoreh di tengah pulau Jawa untuk menemui seorang mujahid lain.

Pada Maret 1830 itu, dia turun dari perbukitan Menoreh, di antara pengaliran Sungai Progo & Bogowonto. Agak pucat oleh malaria tertiana, masih dengan surban putih serta berkalung sarung, dia hanya ditemani 2 abdi setianya, Banteng Wareng dan Sotaruno. Tapi seiring langkahnya menuju Magelang, jumlah rakyat yang mengikutinya berlipat dari ratusan hingga ribuan.

Saya jerih membayangkan hidup lelaki ini.

Lima tahun sebelumnya di Puri Tegalrejo, putra sulung Sultan Hamengkubuwana III ini punya 300 pekerja hanya untuk mengurusi kuda-kudanya, mewarisi persawahan & perkebunan Ratu Ageng yang makmur, menjadi Pangeran paling kaya serta berpengaruh. Sebagai Wali Sultan bagi keponakannya, Hamengkubuwana V, kala kereta Mandrajuwala yang dinaikinya memasuki keraton, semua orang tertunduk.

Tapi dia tinggalkan semua itu untuk keyakinannya; jihad demi tegaknya agama. Di Dekso, kaki perbukitan Menoreh, ratusan 'ulama, ribuan santri, & tiga perempat para pangeran Keraton menahbiskannya sebagai 'Sultan 'Abdul Hamid Herucakra Kabirul Mukminin Khalifatu Rasulillah Ats Tsani Ratu Paneteg Panatagama Satanah Jawa'.

'Abdul Hamid I adalah nama Sultan Turki yang bertakhta saat kelahirannya, demikian pula prajuritnya disusun dengan hierarki khas Janissarie, pasukan elit Daulah 'Utsmaniyah.

Di Dekso ini pula salah satu kemenangan perang terbukanya dicatatkan. Pasukan Belanda berkekuatan lebih 200 personil tewas ketika disergap kesatuan Turkiyo, Arkiyo, dan Bulkiyo dari Menoreh dibawah komando Alibasah Kertopengalasan. Peristiwa ini yang mengilhami salah satu lukisan termahal dalam sejarah balai lelang Sotheby's Asia. Karya bapak seni lukis Indonesia modern, S. Sudjojono yang berjudul "Pasukan Kita yang Dipimpin Pangeran Diponegoro" itu terjual seharga 58,4 juta dolar Hongkong pada 6 April 2014.

Lima belas ribu serdadu Belanda yang ditewaskannya, keuangan penjajahan yang dibangkrutkannya, Jenderal De Kock yang frustrasi hingga harus menyusun siasat khianat baginya; Menoreh adalah saksi hingga akhir bagi semua itu, sebelum makar jahat menghempas-hempasnya ke Semarang, Batavia, Manado, & Makassar. Semua tercatat dalam seribu halaman Babadnya yang dinobatkan UNESCO sebagai Memories of The World.

Tempo hari, saya digeret oleh Ustadz Cahyadi Takariawan bersama Balai Budaya Gambiran untuk ngopi di bukit Menoreh. Ini bukan tentang ceritera bersambung 'Api di Bukit Menoreh' karya S.H. Mintardja yang berlatar bangkitnya Kesultanan Mataram itu. Tapi kami mengenang salah satu putra Wangsa Mataram yang terbesar, lelaki yang kita kisahkan tadi, Pangeran Diponegoro.

Adalah Pak Rohmat, pemilik Kedai Kopi Menoreh yang menjamu kami dengan kopi istimewanya. Kopi Suroloyo, merujuk pada salah satu puncak perbukitan Menoreh, pernah disebut oleh pakar kopi Garasi Penulis Pro-U, Ustadz M. Fauzil 'Adhim sebagai 'the best ever after' dari berbagai kopi yang pernah dicicipnya. Ini karena karakternya yang "fruity", baik yang berjenis Arabika, Robusta, Liberika, Excelsa, maupun Mocha, asal sangrainya tepat.

Yang istimewa lagi, Pak Rohmat menyajikan kopinya dengan penampin kayu yang di atasnya tersa ji juadah, juadah goreng, gebleg, tempe kemul, tape goreng, ubi goreng, singkong rebus, kacang rebus, & pisang rebus. Dahsyatnya, semua dalam ukuran sak-emplok, alias sesuap habis, menjadikannya teman ngopi yang menggemaskan.

Saya teringat Viennese Coffehouse yang juga masuk dalam daftar 'Warisan Dunia Tak Benda' oleh UNESCO. Kebudayaan kafe ala Austria ini dideskripsikan sebagai, "Sebuah tempat di mana ruang & waktu dikonsumsi, tapi hanya kopi yang dicantumkan dalam nota tagihan." Meja marmer, air putih, & koran adalah pelengkapnya. Dengan kue manis khas seperti Apfelstrudel atau Sachertorte, tart cokelat yang diisi selai aprikot sesekali menemani, gaya hidup berkopi ini mendunia.

Kedai Kopi Menoreh Pak Rohmat kita harapkan juga mampu membentuk sebuah budaya kopi baru, sebagaimana telah masyhurnya Warung Kopi bermadzhab Solong semisal di Ulee Kareng, Aceh yang menyertakan timphan, bingkang, kue adee, kue bhoi, & lainnya.

Para penikmat kopi yang shalih & shalihah, ketika 'budaya warung kopi' ataupun 'kafe' menjadi identik dengan buang waktu & bincang kesia-siaan bahkan dosa; penting juga kita mengembalikan kopi kepada ashalah nilainya ketika dibawa dari Dataran Tinggi Etiophia ke kota Mukha' di Yaman oleh muslimin permulaan abad ke-8. Kopi, sejak itu adalah sahabat ahli ibadah dan ahli ilmu. Ia menegakkan punggung para 'abid agar kuat berlama qiyamullail. Ia pula menyangga mata para 'ulama serta pelajar untuk mendaras kitab & berdiskusi.

Nah, semangat inilah yang hendak pula dihidupkan Pak Rohmat di Kedai Kopi Menorehnya. Beliau ingin sekali memiliki sebuah Mushalla yang luas sebagai fasilitas 'ibadah bagi para pengunjung. Bahkan mungkin juga nantinya, sebuah perpustakaan yang menghidupkan suasana keilmuan.

Ini akan melengkapi kebun kopinya nan asri yang dapat kita tinjau, serta air terjun kecil yang amat indah tepat di bawah kedainya.

Tempo hari kami berlama-lama menikmati kesyahduannya sembari merekam bincang kajian kecil untuk Pro-U Channel di Youtube. Kembali ke Gazebo Kedai yang teduh, telah menanti nasi liwetan dengan lodeh lompong, oseng buncis, orak-arik tempe, baceman, & ayam kampung kukus.

Masyaallah. Laa quwwata illa billaah.

Kedai Kopi Menoreh Pak Rohmat terletak di Dusun Madugondo, Desa Sidoharjo, Kecamatan Samigaluh, Kabupaten Kulonprogo. Jaraknya hanya sekira satu jam perjalanan dari pusat kota Yogyakarta.

Bagi Shalih(in+at) yang berkenan turut bersaham dalam mewujudkan asasan tempat ibadah ini, dapat mengirimkan cinta melalui Bendahara Panitia Pembangunan Mushalla Menoreh:

Bank BRI
a.n Sofyan Ari Subechi
no rek. 6632-01-001723-50-7


Semoga Allah ridhai ikhtiyar mulia ini. Akhirnya, mengutip Mas Pepeng, barista KlinikKopi yang amat disegani, "Kopi tanpa narasi hanyalah air berwarna hitam". Narasikan kopimu!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar