Selasa, 04 Juli 2017

PALEMBANG, TITIK TEMU GEMILANG

PALEMBANG, TITIK TEMU GEMILANG
@salimafillah

Surat Maharaja Sri Indrawarman itu barangkali penanda betapa indahnya akhlaq muslim awal-awal yang singgah di Nusantara dan memikat hati sang penguasa hingga berkirim surat ke pusat dunia Islam nan jauh. Ibn 'Abdi Rabbih dalam Al 'Iqd Al Farid menyalin surat Raja Sriwijaya untuk 'Umar ibn 'Abdil 'Aziz setelah surat sebelumnya diterima Mu'awiyah ibn Abi Sufyan:


"Dari Raja sekalian para raja yang juga adalah keturunan ribuan raja, yang permaisurinya pun adalah cucu dari ribuan raja, yang kebun binatangnya dipenuhi ribuan gajah, yang wilayah kekuasaannya terdiri dari ribuan sungai yang mengairi tanaman lidah buaya, rempah wangi, pala, dan jeruk nipis, yang aroma harumnya menyebar hingga ribuan mil. Kepada Raja Arab yang tak menyembah tuhan-tuhan lain selain Allah. Aku telah mengirimkan kepadamu bingkisan yang tak seberapa sebagai tanda persahabatan. Kuharap engkau sudi mengutus seseorang untuk menjelaskan ajaran Islam dan segala hukum-hukumnya kepadaku."


Sementara Ibnu Taghribardi dalam An Nujum Azh Zhahirah fi Muluk Mishr wa Al Qahirah  mencatat teks tambahan untuk akhir surat yang diperkirakan sampai Damaskus pada 717 itu:

"Saya mengirim hadiah jebat (rusa misik), gaharu, batu ratna, dupa, kayu manis, dan kapur barus. Terimalah dari saudara Islammu."

Kalimat ini yang menguatkan beberapa pendapat akan keislaman Sang Maharaja seperti disebut Azyumardi Azra dalam 'Islam in The Indonesian World' dan ditegaskan HAMKA dalam 'Sejarah Ummat Islam'.

Pengiriman mu'allim oleh 'Umar ibn 'Abdil 'Aziz terkonfirmasi dalam salah satu kronik Dinasti Tang; di mana Sang Kaisar menerima hadiah seorang sahaya berkulit hitam dari Raja Shilifoshi (Sriwijaya), yang merupakan kiriman Raja Arab. Dimungkinkan, pengiriman guru agama disertai pula jariyah, pelayan perempuan, seperti kebiasaan masa itu.

Sayang, Maharaja Sri Indrawarman terbunuh dalam sebuah perebutan kekuasaan, demikian menurut Mid Jamal dalam 'Manyigi Tambo Alam Minangkabau', yang mengakibatkan keturunannya harus  mengungsi ke pedalaman Minangkabau mendirikan kerajaan di Sungaiang berseberangan dengan Kerajaan Darmasraya di Pulau Punjung atau Sungai Dareh.

Mangaraja Onggang Parlindungan dalam 'Tuanku Rao' berhipotesis lebih jauh bahwa kejatuhan Sri Indrawarman pada tahun 730 itu karena sebuah kekuasaan amat kuat di utara; Dinasti T'ang di Tiongkok. Negeri yang sejak masa Kaisar Tai Tsung (Li Sh'ih Min, saudara angkat T'ang Sam Tsung sang Biksu Tripitaka yang mengambil kitab suci ke India) menjadikan Budha Mahayana sebagai agama negara merasa kepentingannya terganggu dengan keislaman Sang Maharaja terkuat di Asia Tenggara.

Maka didukunglah sebuah wangsa kuat yang cabang keluarganya ada di Jawa maupun Sumatera untuk merebut kekuasaan. Dinasti Syailendra namanya. Di Jawa, mereka mengambil alih Kerajaan Mataram Hindu dari Wangsa Sanjaya hingga mendirikan monumen budha rakasasa Borobudur. Di Sumatera, mereka mengakhiri kekuasaan trah Dapunta Hyang Srijayanaga yang masuk Islam setelah lebih dari 100 tahun memerintah.

Palembang adalah titik temu berbagai kekuatan dunia sejak dulu.

Ketika Adipati Arya Damar merawat putra Raja Majapahit yang kelak terkenal sebagai Raden Patah, Sultan pertama Demak yang bersahaja itu; kita tahu lagi-lagi sumbangan Palembang amat besar bagi kejayaan Islam di Nusantara. Beberapa referensi betapapun, menyebut keduanya berdarah Cina dari jalur ibu. Wajar, karena Dinasti Ming yang memerintah Tiongkok saat itu jauh lebih ramah pada Islam, termasuk dengan mengirim muhibah Laksamana Ceng Ho beberapa dasawarsa sebelumnya.


Kesultanan Mataram Islam sebagai pewaris Demak, meneruskan tanggungjawab pemuliaan terhadap Palembang terutama oleh Sultan Agung dengan perlindungannya pada kota ini dari serangan Banten pada 1626. Sultan Palembang membalas kemurahan hati itu dengan seba menyatakan kesetiaan ke Mataram pada 1627 membawa berbagai hadiah termasuk rusa, gajah, dan harimau. Guci berisi air zamzam yang juga turut dipersembahkan, hingga kini tersimpan di makam Sultan Agung di Imogiri dengan nama 'Enceh Kyai Danumaya

Tidak ada komentar:

Posting Komentar