Rabu, 12 Juli 2017

CINTA RASUL


SIAPA yang mengakui mencintai Rasulullah Muhammad SAW, lalu tidak menjalankan sunnahnya, adalah kebohongan belaka. Dikisahkan tentang bukti-bukti kecintaan Rasul kepada kita. Salah satunya, ketika Rasul mau meninggal, di penghujung hayatnya, Rasul memanggil-manggil ummatnya. Dan, itu berarti juga memanggil kita, kalau kita mengaku ummatnya.


Sekarang, ketika Rasul sudah menunjukkan cintanya kepada kita, apa yang kita tunjukkan kepada Rasul bahwa kita pun mencintainya?

Siapa yang menjaga salat wajib tepat waktu? Siapa yang menjaga salat wajib secara berjamaah? Siapa yang menjaga salat wajib di masjid, bagi laki-laki? Semakin jarang kita saksikan muslim di negeri ini yang menjaga hal ini. Padahal hal ini teramat “diperhatikan” Rasul.


Rasul pernah bilang, “Andai ada ummatku, yang mendengar azan, lalu ia tidak bergegas ke masjid untuk salat berjamaah, kepengen rasanya aku membakar rumahnya.”

Rasul juga pernah bilang, bahwa salat berjamaah itu dilipatgandakan pahalanya hingga dua puluh tujuh kali lipat. Tapi kita tetap salat sendiri, seakan meremehkan ucapannya Rasulullah.

Atau tidak bisakah kita berlaku seperti Umar bin Khattab? Suatu hari, beliau terlambat salat ashar. Sebab mengurus ternak kuda dan untanya. Dan ia datang ke masjid dalam keadaan terlambat. Sesampainya di masjid, ia umumkan agar jangan ada satu orangpun yang keluar dari masjid sebelum mendengar pengumumannya.

Setelah Umar salat, ternyata Umar mengumumkan akan membagi-bagikan seluruh ternaknya kepada para jamaah yang salat, dan ia mempersilakan saat itu juga untuk masing-masing mengambil ternaknya.

Tahukah saudara? Kenapa Umar mempersilakan para sahabatnya, para jamaah di masjid, untuk mengambil untanya dan membagi-bagikannya sebagai hadiah? Rupanya Umar marah kepada dirinya sendiri. Ia marah, sebab gara-gara ternaknya itulah, ia menjadi terlambat salat ashar.

Subhânallâh, lihatlah Umar. Hanya terlambat salat ashar ia sudah panik demikian rupa. Umar berhasil menempatkan dunia lebih kecil daripada 1 salat ashar sekalipun (tidak seluruh salat).

Dan tidakkah kita belajar dari kisahnya Nabiyallah Sulaiman. Sama dengan kisahnya ‘Umar bin Khattab, suatu saat Nabi Sulaiman pun dilalaikan oleh kuda-kudanya, oleh hewan-hewan ternaknya dari ibadah kepada Allah. Dikisahkan Nabi Sulaiman memotong semua ternaknya, agar tidak mengganggu ibadahnya. Subhanallah, kemudian Allah menganugerahkan angin sebagai kendaraan yang bisa diperintahkan olehnya.

Lalu lihatlah kita? Apa yang terjadi pada kita, yang mengaku mencintai Rasul, dan mengaku ingin dicintai Rasul? Jangankan salat terlambat, tidak salatpun kita “tetap santai saja berjalan”. Pantaskah yang begini mengaku mencintai Rasul, dan dicintai Rasul?


Salat lebih besar dari segala perniagaan dunia. Salat lebih besar dari segala aktifitas di dunia ini. Dan salat lebih penting dari segala apa yang ada di dunia ini. Mudah-mudahan kita diberi kepahaman oleh Allah akan hal ini.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar