Selasa, 01 Agustus 2017

TULI-MENULI


@salimafillah

Hatim Al Asham, mahaguru dan penasehat tulus dari abad ketiga hijriyah itu punya kisah tentang mengapa beliau digelari "Al Asham" yang berarti "Si Tuli".

Suatu hari seorang wanita paruh baya datang ke majelisnya untuk menanyakan suatu masalah. Tak sengaja, si ibu ini kentut dengan suara yang keras terdengar. Wajahnya memerah dan dia menunduk dalam-dalam.


Ketika dengan menahan-nahan malu dia memberanikan diri bertanya, Imam Hatim berseru keras padanya, "Apa yang kau katakan? Aku kurang dengar. Coba ulangi dan keraskan suaramu ya!"

Mendengar ini, sang wanita merasa lega karena mengira Hatim tuli sehingga tadi beliau tidak mendengar suara kentutnya.


Kalimat "Coba keraskan suaramu!", lalu menjadi kebiasaan Imam Hatim selama 15 tahun ke depan. Ya, beliau menunggu sampai wanita penanya itu wafat, barulah kembali menunjukkan bahwa pendengaran beliau sebenarnya normal dan baik. Selama ini beliau berpura-pura tuli untuk menutup aib dan menjaga perasaan si ibu. Telanjur sudah, beliau digelari Al Asham, si tuli. Dan beliau ridha atas itu.

Akhlaq 'Ulama selalu membuat diri ini bertanya, "Di manakah kita?"

Di foto ini, Guru saya, KH. Noor Asnawi Cholil Plaosan, Allahuyahfazhuh, salah seorang yang saya ketahui amat suka menulikan diri dari 'aib sesama. Ketika masih nyantri dan didhawuhi ndherek beliau sebagai pembawa sandal dan tas, saya sering menyaksikan bahkan di majelis para Kyai terkadang ghibah sesekali muncul.

Sikap beliau?

"Alah nyong ora krungu lah.. Nyong ora ngerti kiye." Maknanya kurang lebih, "Ah, saya tidak mendengar. Saya tidak tahu itu." Dan takkan ada pembicaraan tak baik yang beliau bawa keluar dari tempatnya. Semoga Allah berkahi umurnya, panjangkan usianya dalam ketaatan, kebaikan, keshalihan, keberkahan..


https://www.instagram.com/p/BIZ_tGNjKIe/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar