Minggu, 09 Juli 2017

IKHTIYAR HARUS TAPI JANGAN DIJADIKAN ANDELAN..

IKHTIYAR HARUS TAPI JANGAN DIJADIKAN ANDELAN..

Ustadz Yusuf Mansur di dalam bukunya yang berjudul “Jaminan”, menjelaskan, “Yang menentukan sebuah ikhtiar tidak menjadi ibadah adalah tidak adanya Allah.”


Misalkan ucapan seorang tukang kaca keliling, “Nanti nih Nak, kalau kaca Abah laku, Abah bakal pulang dan beli makanan.” Kelihatannya ga ada masalah di sini. Tapi, kalau di hati kita benar-benar tidak ada Allah SWT, lalu menjadikan episode penjualan kaca ini sebagai penentu makan atau tidaknya keluarga mereka, jatuh dia pada “ikhtiar bukan jadi ibadah, tapi jadi tuhan.”


Banyak lho, ikhtiar yang menjadi Tuhan, seperti, “Kalau tanah saya ga laku, gimana saya pergi haji, Ustadz?” Wah, ini masalah. Pantes aja Saudara ga pernah pergi haji, karena ngandelin tanah yang dijual.

Terus apa yang bisa membuat ikhtiar kita itu menjadi ibadah? Inilah yang menjadi korelasi dengan pelajaran-pelajaran sebelumnya. Saya pernah bahas, seharusnya di awal ada Allah, di tengah ada Allah, dan di akhir juga ada Allah.

Harusnya ngomongnya begini, “Moga Allah bikin laku tanah ini. Kalau tanah ga laku juga, dengan cara apa kek Allah bisa bikin saya pergi haji.” (dikutip dari Buku Jaminan hal 16-17, karya Ustadz Yusuf Mansur)

Senada dengan ungkapan ustadz Yusuf Mansur, Syaikh Muhammad Ali Jum’ah ketika membahas kitab Al-Hikamnya Ibnu Al-‘Athooiyah, berkata, “Seseorang yang menyandarkan diri pada ikhtiar, pada hukum kausalitas (sebab akibat), adalah perbuatan syirik dan meninggalkannya merupakan kebodohan.”
Oleh karenanya jangan meninggalkan ikhtiar, hukum sebab akibat dan jangan sekali-kali menyandarkan diri kepada ikhtiar, hukum kausalitas (sebab akibat). Karena menyandarkan diri kepada ikhtiar merupakan salah satu sifat dan pekerjaan hati (yang menyimpang).

Dalam video ustadz Yusuf Mansur ketika membahas Allah dulu, Allah lagi, Allah terus, beliau menjelaskan tema ini dengan suatu contoh yang lebih rinci.

Seorang anak mengadu kepada ayahnya, “Ayah, saya ingin kuliah. Bagaimana Yah?”

Jika ayahnya menjawab, “Tenang saja nak. Ayah khan punya motor. Ayah bisa jual motor itu untuk biaya kuliah kamu.”

Ini nampaknya sederhana, tidak ada yang salah. Tapi jika di hati sang ayah tidak ada Allah sama sekali, ucapan ini perlu diluruskan. Pasalnya, apakah hanya dengan menjual motor saja, anaknya baru bisa kuliah. Ayahnya sama sekali ‘tidak melihat’ Allah sama sekali, seolah tidak ada Allah.

Padahal jika Allah berkehendak, apa pun bisa terjadi. Anak itu bisa kuliah, setelah ayahnya berhasil menjual motor. Anak itu bisa kuliah, karena memperoleh beasiswa dari sekolah. Anak itu bisa kuliah, karena seorang dermawan yang membantu dan segala kemungkinan lainnya yang mungkin tidak pernah terlintas dalam pikiran kita.

Apa pun permasalahannya, jadikan Allah sebagai andelan. Jangan ngandelin ikhtiar, akal kita yang terbatas atau uluran tangan orang lain. Bagaimana menjadikan Allah sebagai andelan kita?

Masih dengan contoh di atas, sebelum sang ayah ke dealer untuk jual motor, hendaknya dia dan anaknya menunaikan sholat terlebih dahulu. Terserah mau sholat dhuha atau sholat-sholat sunnah lainnya. Kemudian panjatkan doa bersama-sama. Mohon petunjuk kepada Allah, “Apa jalan yang harus ditempuh?”

Nanti akan ada jawabannya. Apakah terus dilanjutkan untuk jual motor ke dealer atau harus memilih jalan lain? Jawabannya, entah ada halangan ketika akan menuju ke dealer atau malah amat dipermudah menuju dealer.

Sampai di dealer, coba lakukan tawaran pembuka. Setelah itu jangan diputuskan langsung. Laporkan kepada Allah, minta pertimbangan-Nya, sholat terlebih dahulu. Apakah setuju dengan harga segitu atau bagaimana? Sekali lagi jawabannya akan terlihat dari fenomena setelah itu. Entah dealernya tutup, sebagai petanda bahwa Allah tidak setuju dengan harga itu. Atau malah, pembelinya sudah siap dengan uang di tangan yang bisa diartikan bahwa Allah sudah setuju dengan harga itu.

Seperti itulah bila ikhtiar menjadi ibadah dan bukan menjadi Tuhan. Seperti itulah bila Allah menjadi andelan dan bukan ngandelin ikhtiar. Demikian pula ketika seseorang dihadapi suatu masalah dan dia belum terbayang ikhtiar apa yang akan dilakukannya. Dekatkan saja diri pada Allah. Lakukan sholat sunnah, tahajud atau berdoa. Sebab doa bisa menghasilkan ikhtiar. Doa dapat membuahkan ikhtiar.

Ketika seseorang buntu mencari solusi, lalu dia memohon kepada Allah agar diberi jalan keluar, pada saat itulah dia sudah menggantungkan diri kepada Allah Yang Maha Mengetahui, Yang Maha Kuasa. Oleh karenanya tidak heran bila tiba-tiba dia memperoleh ide, dia memperoleh peluang untuk memperoleh solusi itu.

Monggo..dianjurkan dan dipersilahkan untuk mengajak teman, kerabat dan kenalan untuk secara ikhlas
bergabung di channel ini, caranya gampang cukup klik dan join link berikut ini:


dan dapatkan pahala berlimpah untuk ajakan kebaikan anda

مَنْ دَلَّ عَلَى خَيْرٍ فَلَهُ مِثْلُ أَجْرِ فَاعِلِهِ

"Barangsiapa yang menunjukkan kepada hal-hal kebaikan, maka ia (orang yang menunjukkannya) akan mendapat pahala seperti orang yang melakukannya." (HR. Muslim)

RELATED POST: 

Melewati Rintangan Kendala Hidup

Tidak Ada Yang Bisa, Kecuali Allah

Allah Sebagai Pusat

Amal Tabungan

Meraih Keberkahan Di Waktu Pagi





Tidak ada komentar:

Posting Komentar