Minggu, 09 Juli 2017

KASAN BESARI

KASAN BESARI
@salimafillah

Nama ini adalah lambang keteguhan dan pilihan sikap dalam meneruskan jihad dengan ilmu.

Ketika saudara-saudara seperjuangannya dalam Laskar Dipanegara, Kyai Mojo, Kyai Baderan, Kyai Pulukadang dan bahkan putranya Tumenggung Zess Pajang ditangkap Belanda dalam Perang Jawa, ditahan di Batavia, lalu dibuang ke Ambon dan Tondano, Kyai Kasan Besari memilih menghindar dari perang selanjutnya, lalu pulang ke Tegalsari, Ponorogo.


Para buangan itu, yang mengalami berbagai kepedihan sejak belenggu dan siksaan mendera mereka di ruang bawah tanah Stadhuis, kelak menurunkan marga-marga Jawa-Tondano yang kokoh memegang agama dan berdakwah di berbagai penjuru.


Sesungguhnya, Kyai Kasan Besari juga mengambil pilihan yang amat berkah.

“Tidak sepatutnya bagi mukminin itu pergi semuanya ke medan perang. Mengapa tidak pergi dari tiap-tiap golongan di antara mereka beberapa orang untuk memperdalam pengetahuan mereka tentang agama dan untuk memberi peringatan kepada kaumnya apabila mereka telah kembali kepadanya, supaya mereka itu dapat menjaga dirinya.” (QS At Taubah: 122)

Apalagi ketika sang mujahid agung, Sultan Abdul Hamid Dipanegara ditangkap di Magelang pada 1830, jejaring para 'Alim yang selama ini berjuang di sisinya segera menyebar ke seluruh penjuru, membangun pesantren, mendirikan desa, dan memakmurkan perdikan. Mereka yakin bahwa kelak akan tiba masanya jihad berkobar lagi, dan tugas mereka kini adalah menyalakan api kaderisasi.

Sandi yang mereka sepakati dan disampaikan turun temurun adalah pohon Sawo berbaris yang ditanam di halaman rumah, pekarangan Masjid, dan muka Pesantren mereka. Sawo, sebab sawwu shufufakum, luruskan shaff. Sawo berjajar, sebab Allah mencintai orang yang berperang di jalanNya dalam barisan yang rapi seakan mereka bangunan tersusun kokoh.

Kyai Kasan Besari, trah Kyai Yahudo dari Lorok, Pacitan, yang adalah Sentana Wangsa Mataram itu memimpin gerakan mempertahankan agama di tengah penjajah yang kian mencengkeramkan kukunya di Keraton. Trah Kyai Yahudo sang pembawa agama Islam ke bumi sekitar Wengker, kelak juga menurunkan keluarga-keluarga Pesantren Besar di Pacitan, Jombang, Madiun, dan Ponorogo, termasuk para Trimurti Gontor, bahkan juga Guru Bangsa Tjokroaminoto dan Guru Negara Soedjatmoko. Semoga Allah rahmati mereka semua.

Hari ini kami berada di UNIDA Gontor, ahlan wa sahlan yang akan bergabung ifthar nanti.

— di Universitas Darussalam - UNIDA Gontor


https://www.instagram.com/p/BG0zaXYGUfI/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar